Indonesia-Korsel Jajaki Kerja Sama Mobil Listrik

11 Desember 2018 20:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di COP24 Polandia. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di COP24 Polandia. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia tampaknya semakin serius mengembangkan mobil listrik untuk digunakan secara massal. Kali ini, pemerintah menjajaki kerja sama pengembangan mobil listrik dengan Korea Selatan melalui perusahaan Hyundai.
ADVERTISEMENT
Kerja sama ini dilakukan setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup Korea Selatan Kim Eun Kyung di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim PBB atau Conference of Parties (COP) UNFCCC ke-24 di Katowice, Polandia.
Menurut Luhut, kerja sama ini sangat mendukung pada penggunaan energi terbarukan di Indonesia. Luhut beraharap agar kerja sama ini dapat berpengaruh secara jangka panjang pada pengurangan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil.
“Kebetulan kami bertemu bilateral dengan Menteri Lingkungan Korea Selatan, dia sepakat dengan pengembangan mobil listrik, ini kerja sama lingkungan lagi kan dalam menggunakan energi terbarukan, mengurangi penggunaan fosil,” jelas Luhut, Selasa (11/12).
com-Ilustrasi Mobil Listrik (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Mobil Listrik (Foto: Thinkstock)
Luhut mengatakan, Korea Selatan juga menyepakati kerja sama pembuatan baterai litium sebagai tenaga penggerak mobil listrik. Menurutnya, Korea Selatan merupakan salah satu negara yang terdepan dalam pembuatan baterai litium, selain Jepang dan China. Selain itu, kerja sama ini juga didukung oleh kondisi Indonesia yang memiliki bahan baku baterai litium, yakni nikel terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
“Nah, kita kan punya cadangan nikel terbesar di dunia. Padahal modal utama baterai litium itu adalah nikel. (Komposisi baterai litium) 80 persen itu dari nikel dan 5 atau 4 persen dari cobalt,” jelasnya.
Dalam pembuatan batera litium, pemerintah telah terlebih dulu bekerja sama dengan China. Namun, menurut Luhut, pemerintah tak ingin hanya China yang mengolah cadangan nikel Indonesia. Sehingga pemerintah membuka kesempatan bagi Korea Selatan untuk ikut dalam pembuatan baterai litium, pengolahan nikel, dan pengembangan mobil listrik.
“Mereka (Korea Selatan) juga ingin melakukan kerja sama, sehingga mobil listrik nanti mereka investasi Hyundai di Karawang, Bekasi, di Industrial Economic Zone itu, dan mereka mau investasi tahun depan," pungkas Luhut.