Jalur Politik Berbeda Putra Mbah Moen

13 Februari 2019 19:22 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tuah Mbah Moen. Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tuah Mbah Moen. Foto: Herun Ricky/kumparan

Gus Kamil dan Gus Yasin berdiri di sisi Jokowi, sedangkan Gus Wafi dan Gus Najih di kubu Prabowo.

ADVERTISEMENT
Kiai Maimoen Zubair boleh menua, tapi pengaruhnya tak meredup. Tiap pemilu menjelang, rumahnya di Rembang, Jawa Tengah, kerap disambangi tokoh-tokoh politik dan calon presiden. Tak terkecuali Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang tengah bertarung untuk Pilpres 2019.
ADVERTISEMENT
Mbah Moen—sapaan Maimoen Zubair—yang kini menjabat Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan, seolah memiliki tuah. Restu ulama cum politikus itu tak jarang diklaim kedua kubu. Apalagi putra-putra Mbah Moen kebetulan tak satu suara dalam Pilpres.
Di antara 10 anak Mbah Moen dari dua istri, Majid Kamil Maimoen (Gus Kamil) dan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, sedangkan Muhammad Najih Maimoen (Gus Najih) dan Muhammad Wafi Maimoen (Gus Wafi) mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Sebagian putra Mbah Moen itu, layaknya sang ayah, memegang jabatan politik. Gus Kamil merupakan Ketua DPRD Rembang dan Ketua Dewan Pimpinan Cabang PPP Rembang kubu Romahurmuziy, sementara Gus Yasin menjabat Wakil Gubernur Jawa Tengah dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jawa Tengah kubu Romahurmuziy.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, Gus Wafi ialah Ketua DPW PPP Jawa Tengah kubu Djan Faridz yang tak diakui pemerintah, sedangkan Gus Najih—yang tak berkiprah di partai—aktif dalam Aksi 212 dan mengikuti Ijtima Ulama yang merekomendasikan Prabowo sebagai capres.
Maka, hidup seatap di satu pondok pesantren tak menghentikan anak-anak Mbah Moen untuk saling “bertempur” guna merebut suara di Jawa Tengah—provinsi dengan jumlah pemilih terbesar ketiga di Indonesia.
Muhammad Wafi Maimoen atau Gus Wafi. Foto: Youtube/GMT Video Shooting Batu Jamus
Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi di Jawa Tengah, Abdul Wahid, mengatakan Gus Wafi dan Gus Najih terjun langsung ke wilayah-wilayah yang dianggap potensial sebagai lumbung suara. Keduanya aktif dalam tim pemenangan Prabowo-Sandi.
Gus Wafi dan Gus Najih yang membidik suara dari kalangan santri dan ulama Jawa Tengah, khususnya Nahdliyin, membentuk beberapa kelompok relawan berbasis santri yang bernama Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) dan Komando Masyarakat Santri (Komas). Kopassandi dan Komas menggelar dialog dan pengajian rutin di sejumlah wilayah untuk mengampanyekan Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
“Massanya banyak, ada di masing-masing kabupaten. Estimasi jumlahnya mungkin ratusan hingga ribuan. Beliau (Gus Wafi dan Gus Najih) konsolidasi dengan cara beliau sendiri. Misalnya mengisi forum diskusi dan pengajian. Model santri yang suka mengaji sambil berdiskusi panjang,” ujar Abdul Wahid kepada kumparan, Selasa (12/2).
Wilayah yang menjadi fokus garapan Gus Wafi dan Gus Najih terentang mulai daerah pesisir di pantai utara Jawa (Pantura), Temanggung, Wonosobo, Purworejo, hingga Banyumas. Daerah-daerah itu disebut sebagai basis suara santri.
“Gus Wafi dan Gus Najih ini saya melihatnya betul-betul serius untuk memenangkan Prabowo-Sandi. Sejauh ini mereka ya efektif sekali (mendulang suara),” kata Wahid.
Menurutnya, Gus Wafi dan Gus Najih beberapa kali bicara padanya soal pentingnya perubahan kepemimpinan nasional. Oleh sebab itu Wahid tak khawatir perbedaan pilihan politik keduanya dengan sang ayah, Mbah Moen, bakal mengendurkan semangat mereka untuk memenangkan Prabowo-Sandi.
ADVERTISEMENT
Dari 10 anak Mbah Moen, Gus Wafi dan Gus Najih memang dikenal punya pandangan politik berbeda. Gus Najih disebut sudah mendukung Prabowo sejak lama. Sementara Gus Wafi yang baru tahun 2004 kembali ke Indonesia, sebelumnya lebih banyak menghabiskan waktu di Timur Tengah untuk merampungkan studi di Damaskus Suriah dan Zamalek Kairo, Mesir.
Majid Kamil Maimoen atau Gus Kamil. Foto: Youtube/Naila Al Hasna
Bukan cuma Gus Wafi dan Gus Najih yang menarget suara dari Jalur Pantura. Gus Kamil yang berdiri di sisi Jokowi pun demikian. Ia menggarap suara di Pantura, selain juga di daerah santri lain seperti Geduh, Wonosobo, Temanggung, Magelang, hingga Kebumen.
“Pertempuran” putra-putra Mbah Moen di wilayah Pantura tak terlalu mengherankan, mengingat Pantura merupakan lokasi Pondok Pesantren Al Anwar milik Mbah Moen. Alhasil, suara santri diperebutkan kedua kubu.
ADVERTISEMENT
“Dia (Gus Kamil) melakukan penetrasi khusus di lingkungan santri,” ujar M. Romahurmuziy, Ketua Umum PPP dan anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, kepada kumparan.
Gus Kamil yang mengajar Ilmu Musthalah Hadits di Ponpes Al Anwar, kerap berkomunikasi dengan Dewan Pimpinan Pusat PPP di Jakarta terkait upaya pemenangan Jokowi-Ma’ruf di Jawa Tengah.
Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin (tengah). Foto: Instagram/@tajyasinmz
Seperti Gus Kamil, Gus Yasin pun aktif dalam pemenangan Jokowi di Jawa Tengah. Bedanya, Gus Yasin tak sekadar bergerak di Pantura. Wakil Ganjar Prabowo itu memegang lebih banyak daerah di Jawa Tengah.
Berbekal amunisi saat bertarung pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2017, Gus Yasin mendayagunakan jaringan relawannya untuk memenangkan Jokowi. Salah satu kelompok relawan itu ialah Santri Gayeng, yang kini berubah nama menjadi Santri Gayeng Pro-Jokowi.
ADVERTISEMENT
Santri Gayeng yang memiliki infrastruktur di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, hingga desa, kini aktif kembali berkeliling Jawa Tengah untuk melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat untuk memilih Jokowi.
Mereka juga merancang aksi penetrasi khusus agar lebih mudah masuk ke kalangan santri, misalnya dengan mengedarkan buku saku soal kenapa harus memilih Jokowi dalam perspektif fikih (ilmu hukum Islam).
“Kami melanjutkan perjuangan di Jateng dengan mendukung Jokowi-Amin. Insyaallah para santri kita solid,” tutur Gus Yasin.
Tekad memenangkan Jokowi itu, lanjutnya, sejalan dengan dawuh (titah) Mbah Moen, yakni memberikan dukungan kepada Jokowi.
“Kalau lihat dawuhnya beliau kepada kami, para putra dan santri, itu kami merasakan bahwa dukungan beliau ya memang kepada Pak Jokowi,” kata Gus Yasin.
ADVERTISEMENT
Kerja Gus Yasin dan Gus Kamil dinilai Romy—panggilan akrab Romahurmuziy—sangat efektif. Hal itu, menurutnya, terbukti dari hasil survei internal koalisi Jokowi yang menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf di Jawa Tengah mencapai 70 persen.
Ustaz Abdul Somad bersilahturahmi ke Mbah Moen ditemani Gus Yasin (kiri). Foto: Dok. Pribadi
Jagalah persatuan di tengah perbedaan prinsip, sikap politik, dan konflik.
Itulah nasihat Mbah Moen yang terus diingat Gus Yasin, putra kedelapan sang pemimpin Ponpes Al Anwar yang kini menjabat Wakil. Tak jarang Mbah Moen justru meminta anak-anaknya untuk sowan kepada mereka yang “berbeda”. Baginya, silaturahmi jadi kunci.
“Yang mengena di saya itu adalah bagaimana mengurai konflik, tidak hanya di politik tapi keseharian. Misalnya, meski tidak cocok ya tetap ditemui. Walaupun tak senang ya tetap ditemui,” kata Gus Yasin di rumah dinasnya, Semarang, Jumat (8/2).
ADVERTISEMENT
Wagub Jateng itu bercerita, Mbah Moen tak pernah memaksakan kehendak kepada 10 anaknya. Seingatnya, tak jarang dia, kakak, serta adiknya berbeda pendapat dengan sang ayah. Biasanya, yang dilakukan Mbah Moen adalah menguji kegigihan anak-anaknya dalam mempertahankan argumentasi.
Berbagai pertanyaan dilontarkan Mbah Moen untuk menguji keyakinan anak-anaknya itu. Jika tetap tak ada titik temu, Mbah Moen tak memaksa mereka untuk sejalan dengannya.
“Beliau itu membebaskan, tidak mendikte. Cuma kalau kami menjalani ini, diarahkan, diingatkan, harus hati-hati karena alasan A, B, C, atau (dinasihati) jangan lakukan karena ini,” ujar Gus Yasin.
Wejangan itu pula yang kini dipegang oleh putra-putra Mbah Moen di tengah panasnya suhu politik jelang Pilpres 2019.
Meski begitu, klaim Romy, Gus Najih kini mengubah haluan politiknya atas permintaan Mbah Moen. Ia kini memilih berada di tengah—tak mendukung Prabowo, juga tak mendukung Jokowi.
ADVERTISEMENT
Mbah Moen sendiri pada Pilpres 2019 ini bergerak ke sisi Jokowi, setelah pada Pemilu 2014 memberikan dukungan ke Prabowo.
Prabowo dan Gus Najih, putra Mbah Moen. Foto: Twitter/@Fadlizon
“(Gus Najih) dimarahi habis-habisan. Sekarang beliau tidak ke mana-mana. Dia sudah bertemu dan pamit langsung dengan Pak Prabowo karena enggak bisa dukung. Kejadiannya sudah lebih dari sepekan,” tutur Romy, Selasa (12/2).
Gus Najih dan Gus Wafi yang dihubungi kumparan lewat orang-orang di lingkarannya, tak bersedia memberikan keterangan.
Sementara Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan Mbah Moen sejak dulu tak pernah meributkan perbedaan pilihan politik anak-anaknya. Di sisi lain, ia mengakui, Gus Najih memang sering punya perbedaan pandangan yang signifikan dengan sang ayah.
“Kiai Maimoen sangat demokratis. Beliau tidak mempermasalahkan perbedaan pilihan politik. Yang unik, Gus Najih dalam sikap politik sering kali berbeda dengan abahnya, tapi tak pernah dipersoalkan,” tuturnya kepada kumparan.
Infografik, Mbah Moen. Foto: kumparan
Pernyataan dukungan Mbah Moen untuk Jokowi saat ini diprediksi dapat mengalirkan dukungan suara cukup besar bagi capres nomor urut 01 itu.
ADVERTISEMENT
“Dukungan Kiai Maimoen menjadi legitimasi kuat bahwa Jokowi didukung ulama, sekaligus menepis isu dia anti-Islam dan penganut paham komunis,” kata Gus Yaqut.
Mbah Moen boleh saja selip lidah ketika berdoa, tapi tuahnya tetap dinanti kubu Jokowi.