Jejak JAD di Indonesia: ISIS, Tebar Teror, hingga Serang Wiranto

16 Oktober 2019 9:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Teroris Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Teroris Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Densus 88 Antiteror gencar menangkap puluhan terduga teroris di berbagai daerah usai penyerangan terhadap Menkopolhukam Wiranto. Hingga Selasa (15/10), ada sekitar 26 terduga teroris yang ditangkap di Jakarta, Cirebon, Bandung, hingga Sulawesi Tengah.
ADVERTISEMENT
Sebagian dari mereka merupakan anggota Jemaah Ansharut Daulah (JAD). JAD merupakan kelompok teroris yang kerap berulah beberapa tahun belakangan ini. Pengamat terorisme, Ali Fauzi, mengatakan eksistensi JAD di Indonesia baru terlihat pada rentang waktu 2010 hingga sekarang.
Petugas kepolisian mengamankan Ulama Radikal, Aman Abdurrahman (tengah), Jakarta (15/02/2019). Foto: BAY ISMOYO / AFP
Meski pimpinan JAD, Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman, telah divonis hukuman mati, menurut Ali, ini tak menyurutkan para pengikutnya untuk beraksi.
"Kalau kita merunut ke belakang, jadi ini ada sosok yang menjadi publik figur grup ini namanya Abu Sulaiman atau Aman Abdurrahman. Diakui, disukai atau tidak, grup ini masih berkiblat sama dia yang sudah mendekam di penjara bahkan sudah divonis hukuman mati. Tapi kiblatnya, akidahnya, visi misinya tetap pada Aman Abdurrahman atau Abu Sulaiman," kata Ali Fauzi kepada kumparan, Rabu (16/10).
Ilustrasi ISIS Foto: REUTERS/Alaa Al-Marjani
Ali menyebut Aman Abdurrahman dan JAD sejak lama memang berbaiat pada ISIS yang saat ini tak lagi memiliki kekuatan.
ADVERTISEMENT
"Kalau bicara Aman Abdurrahman ya kita bicara ISIS karena pola pikir, mindset lebih kepada ISIS. JAD cenderung berafiliasinya pada ISIS yang porak poranda di Suriah dan Irak tak punya basis," ungkapnya.
Meski demikian, menurut Ali, ISIS tetap berupaya menebar doktrin ke kelompok-kelompok yang berafiliasi dengannya untuk menjalankan visi-misi di daerahnya masing-masing. Termasuk, JAD yang melakukan serangkaian serangan, dari bom Thamrin, bom gereja di Surabaya, hingga penyerangan Menkopolhukam Wiranto.
"Mereka (ISIS) tak punya basis, ya mengeluarkan fatwa liar muncul dari leader-leader mereka 'kalau kalian tidak bisa datang ke tempat konflik ya buatlah konflik itu di rumah kalian, di halaman kalian, di negeri kalian'. Implikasinya kalau di Indonesia seperti di Surabaya, Jakarta, Penusukan Pak Wiranto, dan lain-lain," jelas kandidat doktor UMM Malang.
Duka Cita Akibat Teror Bom Surabaya Foto: REUTERS/Beawiharta
Ali menyebut anggota JAD telah banyak yang ditangkap, namun seakan kelompok ini tak gentar untuk menebar teror. Padahal kata Ali, JAD memiliki kelemahan pada sistem keamanan karena mudah terdeteksi Densus 88.
ADVERTISEMENT
"Melakukan aksi bisa tapi membentuk pengamanan sama sekali tidak bisa, lemah sekali. Dalam hitungan saya sejak bom bunuh diri di Surabaya pada 2018 sudah lebih dari 500 terduga teroris yang diamankan. Grup ini safe work-nya tidak ada, mudah sekali terdeteksi oleh aparat keamanan," pungkasnya.
Menko Polhukam Wiranto (kedua kiri) diserang orang tak dikenal dalam kunjungannya di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Dok Polres Pandeglang
JAD menjadi dalang dalam kasus penusukan Wiranto di Pandeglang, Banten. Aksi ini dilakukan oleh Abu Rara anggota JAD Bekasi. Ia menyerang dengan kunai, senjata tajam seperti pisau yang sering digunakan oleh ninja.
Penyerangan ini dibantu oleh istri Abu Rara, Fitri Andriana (21). Keduanya merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi pimpinan Abu Zee, yang telah ditangkap 23 September 2019.
Penyerangan yang dilakukan Abu Rara kepada Wiranto juga bentuk dendam kepada pemerintah. Penyababnya tak lain karena pimpinannya, Abu Zee ditangkap.
ADVERTISEMENT