JK: Pancasila Semakin Dibahas, Semakin Bingung

15 Agustus 2019 11:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi pembicara dalam Kongres Pancasila ke XI ‘Aktualisasi  Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa’ di Universitas Gadjah Mada  Yogyakarta, Kamis (15/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi pembicara dalam Kongres Pancasila ke XI ‘Aktualisasi Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa’ di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kamis (15/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang simpel dan tegas sehingga tidak perlu dibahas panjang lebar. Hal ini diungkapkan saat menyampaikan keynote speech dalam Kongres Pancasila XI bertajuk 'Aktualisasi Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa'.
ADVERTISEMENT
“Tentu seperti saya katakan tadi, minta maaf guru besar para ahli-ahli Pancasila. Makin dibahas Pancasila, semakin diurai, semakin dibukukan, makin bingung kita ini. Minta maaf ini,” ujar JK di kampus UGM, Yogyakarta, Kamis (15/8).
Menurut JK, implementasinya tidak sulit karena hanya ada lima sila dalam Pancasila. Sebagai contohnya pada sila pertama, masyarakat dapat melaksanakannya dengan pergi ke rumah ibadah masing-masing, seperti masjid atau gereja.
“Saya bingung juga apa yang dikongreskan, apa yang dianalisa padahal cuma lima saja aja. Makin banyak bapak bahas, makin kita tidak paham,” ujarnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi pembicara dalam Kongres Pancasila ke XI ‘Aktualisasi Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa’ di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kamis (15/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
JK juga memberikan contoh mengenai pelaksanaan Pancasila dalam pemerintah. Ia bercerita, beberapa tahun lalu pengungsi Rohingya sempat ditolak di sejumlah daerah.
ADVERTISEMENT
“Jadi beberapa tahun lalu ada pengungsi Rohingnya yang mau merapat di Aceh karena kapalnya rusak. Beberapa ratus (pengungsi). Semua menolak gubernur menolak, Panglima menolak, Jakarta menolak, menteri juga tidak setuju,” ungkapnya.
Saat itu, ia pun menghubungi pihak-pihak terkait untuk mengingatkan mereka mengenai pentingnya menjalankan Pancasila, khususnya sila kedua, dalam situasi seperti itu.
“Saya telepon tiga orang. Panglima, gubernur, menteri. 'Heh kalian ini baca-baca setiap hari Pancasila. Ingatlah sila kedua, kemanuasiaan yang adil dan beradab. Kalau kita orang susah tidak kita terima, kita tidak adil dan beradab. Langsung semua terima-terima, (karena) nanti kita melanggar Pancasila'. Ya begitu-begitu saja, tidak usah terlalu ditafsirkan,” tuturnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi pembicara dalam Kongres Pancasila ke XI ‘Aktualisasi Pancasila dalam Merajut Kembali Persatuan Bangsa’ di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kamis (15/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara itu, Rektor UGM Panut Mulyono menyebut masyarakat dapat belajar tentang metode kerja sama dan cara mengembangkan persatuan bangsa melalui sejarah Pancasila. Menurutnya, Bung Karno adalah orang yang telah membuktikan gagasannya dengan Pancasila.
ADVERTISEMENT
“Kita sekarang telah mengakui kembali 1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila. Hal ini tidak perlu dipertentangkan dengan Pancasila 18 Agustus 1945, karena hakikat Pancasila adalah sama sebagai produk nalar publik. Bahwa Pancasila 18 Agustus juga melibatkan proses bernalar atau menimbang secara publik, baik oleh Sukarno maupun para aktor pendiri negara di saat itu,” kata Panut.
Panut mengatakan masih terjadi relasi kuasa yang tidak seimbang. Dia mencontohkan masih adanya beberapa warga yang masih merasa superior sebagai kelas pertama, sedangkan yang lain dianggap sebagai warga kelas dua.
“Ini bertentangan dengan semangat, sumber awal kita hendak mendirikan negara yang tujuannya adalah satu untuk semua, semua untuk satu. Tak seorang pun boleh tertinggal di negara ini,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT