JK: Pimpinan KPK Tetap Kerja Keras Meski Rumahnya Mau Dibom

17 Januari 2019 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. (Foto: REUTERS/Piroschka van de Wouw)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. (Foto: REUTERS/Piroschka van de Wouw)
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla mendukung langkah KPK dalam memberantas korupsi yang terjadi di tanah air. Di hadapan pimpinan KPK Agus Rahardjo, JK memaklumi jika dalam pekerjaannya memburu koruptor terkadang menemui sejumlah kendala hingga ancaman.
ADVERTISEMENT
"Di sini ada ketua KPK dan wakil, bekerja keras walaupun rumahnya mau dibom, tapi tetap teguh untuk ini (memberantas korupsi)," kata JK dalam acara Indonesia and The World Futere Trajectory Opportunities And Challenges di Hotel Mandarin, Jakarta, Kamis (17/1).
Agus, menjadi salah satu tamu undangan dalam acara tersebut. Selain Agus dan JK,hadir pula wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Menteri PUPR Basuki Hamuljono, Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil, Gubernur DKI Anies Baswedan hingga Ketum Apindo Hariyadi Sukamdani.
Bicara soal korupsi, JK mengatakan KPK telah menangkap banyak pelaku korupsi, namun menurut JK hal tersebut bukanlah sebuah prestasi. Menurutnya, pemberantasan korupsi bisa dibilang prestasi jika yang ditangkap makin sedikit.
Ilustrasi kasus KPK (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kasus KPK (Foto: Basith Subastian/kumparan)
"Memang ada dua pandangan yang berbeda soal korupsi, makin banyak orang ditahan, kadang-kadang dia katakan itu keberhasilan. Tapi kita juga bisa mengartikan itu kegagalan," kata JK.
ADVERTISEMENT
"Justru (prestasi itu kalau) makin berkurang dia ditangkap, makin baik kan. Artinya, ada transisi, ditangkap banyak agar tidak ada yang ditangkap (lagi), seperti itu cara berpikir kita mengatasi masalah dalam negeri," timpalnya.
Beda dengan dulu, saat ini menurut JK orang-orang tak lagi melakukan korupsi dengan jumlah yang besar. Sementara itu sekarang KPK semakin berani dan yakin dalam kegiatannya memberantas korupsi.
"Dulu nyogoknya pakai cek, transfer, kemudian travel check, (tapi) semua bisa dideteksi sama KPK. Akhirnya pakai dolar lagi supaya lebih kecil, lama lama pakai dolar Singapura yang besar-besar nilainya supaya gampang dikantongin. Tapi KPK lebih pintar untuk mengecek seperti itu, Semua perkembangan teknologi, polisi pun berkembang teknologinya (untuk memberantas korupsi)," jelasnya.
Ilustrasi kasus KPK (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kasus KPK (Foto: Basith Subastian/kumparan)
ADVERTISEMENT