Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Joki Ujian Masuk FK Universitas di Yogyakarta Patok Harga Rp 400 juta
31 Juli 2018 15:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Praktik perjokian ujian masuk Fakultas Kedokteran ternyata tidak hanya ditemukan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Praktik serupa juga ditemukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Seperti apa fenomena joki masuk FK?
ADVERTISEMENT
Dalam praktiknya, joki tersebut diketahui mematok harga hingga Rp 400 juta atas jasanya. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Biro Admisi UMY, Siti Dyah Handayani.
"Sekarang (pendaftaran gelombang 4) di UMY ada baru lagi. Kemarin ditemukan yang mendaftar bukanlah orang yang bersangkutan (joki) Yang datang itu adalah orang yang berbeda. Kemarin ada kami tangkap satu," jelas Dyah kepada kumparan, Selasa (31/7).
Dyah menjelaskan, pada saat gelombang pertama, identitas orang tersebut sudah mendaftar di Fakultas Kedokteran. Namun karena tidak lolos, pada gelombang 4 ia kembali mendaftarkan diri. Setelah ditelusuri bahwa orang yang pertama tes adalah joki. Sementara yang ikut tes gelombang 4 merupakan pemilik identitas yang asli.
"Yang barusan kita tangkap, kita telusuri lagi itu sudah transfer Rp 400 juta. Itu yang bersangkutan sempat transfer ke joki," jelas Dyah.
ADVERTISEMENT
Dyah menjelaskan, praktik perjokian sudah relatif bisa ditekan oleh pihak kampus. Salah satunya dengan menempatkan peserta ujian di kelas bukan lagi di Sportorium. Satu kelas diisi oleh 30 peserta tes dan dijaga ketat oleh pengawas.
"Dulu itu kalau kita kan selalu di Sportorium. Modelnya masuk bareng cek pakai alat tes bareng. Sekarang di kelas-kelas itu kontrol juga ada beberapa pengawas di situ diawali cek fisik juga," jelasnya.
"Kemungkinan bisa jadi joki di UAD itu dulu yang sebelumnya di UMY. Kemarin saya sudah sampaikan ke teman-teman UAD data joki siapa saja, siapa tahu oknumnya sama seperti yang di UMY dahulu," bebernya.
Sejumlah Joki Masuk FK Pada Tahun 2017 Sempat Dilaporkan
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017, pihak kampus sempat melaporkan sejumlah joki ke pihak polisi. Salah satu pelaku bahkan sempat ditahan enam bulan, sementara yang lain hanya ditahan satu sampai dua hari.
"Itu yang tahun 2017, joki dilaporkan polisi. Sempat kami laporkan diproses polisi lanjut ke penyidikan dan ada yang jadi tersangka masuk penjara 6 bulan tahun lalu. Karena belum ada UU khusus jadi polisi sulit menjerat dengan pasal mana," bebernya.
"Satu orang yang 6 bulan penjara itu karena memalsukan identitas," timpalnya.
Dyah menambahkan, kini perjokian tidak hanya menyasar Fakultas Kedokteran saja, sejumlah fakultas seperti Fakultas Sosial juga mulai disasar. Akan tetapi harga yang ditawarkan pastinya jauh lebih murahdengan Fakultas Kedokteran
"Perjokian secara umun di kedokteran tapi perlu hati-hati karena merambah ke lain kita pelajari menurunkan grade sampai ke Fakultas Sosial," bebernya.
ADVERTISEMENT
Ke depan pihaknya akan melakukan memperketat pengawasan. Salah satunya dengan menerapkan fingerprint saat masuk ujian. Ketika diterima pun presensi akan menggunakan fingerprint sehingga jika menggunakan joki akan ketahuan.
"Langkah ke depan kita misalnya waktu daftar fingerprint dan difoto. Selanjutnya, yangbersangkutan kuliah juga akan fingerprint biar sama nggak saat pendaftaran," pungkasnya.
Sebelumnya, delapan mahasiswa tertangkap basah melakukan perbuatan curang demi lolos Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Kedelapan mahasiswa ini menggunakan alat komunikasi yang dirancang sedemikian rupa agar bisa berhubungan dengan pihak luar saat ujian berlangsung.
Kepala Biro Akademik dan Admisi UAD, Wahyu Widyaningsih menjelaskan bahwa alat yang digunakan kedelapan calon mahasiswa tersebut tergolong canggih. Pihaknya menemukan dua buah aki, beberapa ponsel, delapan alat bantu dengar atau earpiece, tas, hingga jaket yang menjadi alat untuk melancarkan kecurangan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ini (barang bukti) kami temukan saat ujian masuk gelombang 3 Fakultas Kedokteran tanggal 29 Juli kemarin," jelas Wahyu saat jumpa pers di Kampus 1 UAD di Jalan Kapas, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Senin (30/7).
Kronologi bermula ketika pihak kampus mendapatkan informasi bahwa ada indikasi kecurangan dalam ujian masuk Fakultas Kedokteran. Modusnya tak lain dengan menanamkan chip di telinga. Chip tersebut cukup dalam dan hanya bisa diambil menggunakan magnet.
"Kami melakukan perketatan pengawasan penggledahan, cek fisik apa-apa yang tidak boleh dibawa ke lokasi ujian," bebernya.