Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Jokowi Setuju Tak Pakai Istilah Emak-emak: Jadilah Ibu Bangsa
15 September 2018 9:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
The Power of Emak-emak yang belakangan didengungkan oleh kubu Prabowo-Sandi sempat disinggung dalam Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35.
ADVERTISEMENT
Acara yang dihelat di Yogyakarta ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Awalnya, Ketua Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo menyebut pihaknya menolak disebut sebagai emak-emak. Dalam pidatonya, istilah yang lebih tepat adalah ibu bangsa yang bertugas mengajarkan tradisi luhur Indonesia.
"Kami tidak mau kalau perempuan-perempuan Indonesia yang sudah punya konsep ibu bangsa sejak 1935 sebelum kemerdekaan Indonesia, kalau dibilang emak-emak," ujar Giwo di Hotel Inna, Yogyakarta, Jumat (14/9).
"Kami tidak setuju, tidak ada the power of emak-emak, yang ada the power of ibu bangsa," ujar Giwo yang disambut tepuk tangan para hadirin.
Pernyataan Giwo ini diamini Jokowi. Ia meminta seluruh perempuan di Indonesia menjadi ibu bangsa.
“Jadi saya setuju bu Giwo menyampaikan istilah emak-emak. Ibu bangsa. Jadilah Ibu Bangsa wahai perempuan Indonesia. Saya ulangi, jadilah Ibu Bangsa wahai perempuan Indonesia. Ini adalah sebuah tanggung jawab besar perempuan Indonesia untuk menjadi Ibu Bangsa," tutur Jokowi.
ADVERTISEMENT
Jokowi menjelaskan, ibu bangsa yang ia maksud adalah mereka yang mendidik anak-anak sebagai penerus masa depan bangsa serta memperbaiki mentalitas bangsa. "Juga yang menjaga moral keluarga, yang menjaga alam untuk cucunya, serta yang menggerakkan ekonomi keluarga untuk masyarakat," jelas dia.
Jokowi mengatakan selama ini sudah banyak perempuan yang berkontribusi bagi kemajuan negara. Baik di zaman perjuangan meraih kemerdekaan maupun saat ini, yaitu di bidang pemerintahan dan olahraga.
"Zaman dulu kita mengenal perempuan-perempuan pejuang kemerdekaan. Dari Laksamana Malahayati, Dewi Sartika, Ibu Kartini, Christina Martha Tiahahu, dan banyak lagi pahlawan-pahlawan perempuan kita," kata Presiden.
Di bidang olahraga, kiprah perempuan terlihat dari 31 medali emas yang diperoleh Indonesia, sebanyak 12 medali disumbangkan oleh para atlet perempuan Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Coba kita lihat yang dapat emas. Kita punya spider woman Aries Susanti dan Puji Lestari. Ini dapat 2 emas di panjat tebing. Cepat sekali. Kemudian ini Lindswell di wushu kita juga dapat 1 emas. Ini ratu wushu Asia. Artinya kita punya srikandi-srikandi yang akan berjuang untuk Merah Putih, untuk negara kita," ucapnya.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara ini, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.