Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Jokowi: Umat Islam Adalah Korban Terbanyak dari Perang dan Terorisme
27 Januari 2018 10:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Dalam lawatan resmi ke Pakistan, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri berbicara di National Assembly/parlemen negara tersebut. Di depan wakil rakyat Pakistan, Jokowi menyampaikan pidato mengenai stabilitas politik dan keamanan dunia.
ADVERTISEMENT
Jokowi menegaskan, ekonomi suatu negara dapat berkembang jika terdapat stabilitas politik dan keamanan. Apabila terjadi perang, maka mustahil ekonomi bisa berjalan dengan baik apalagi tumbuh.
“Konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun, saya ulangi konflik dan perang tidak akan menguntungkan siapapun. Masyarakat terutama wanita dan anak-anak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan dengan adanya konflik dan perang,” kata Jokowi seperti dikutip dari keterangan pers, Biro Pers Kepresidenan, Sabtu (27/1)
“Oleh karena itu sudah menjadi komitmen Indonesia untuk turut serta menjaga perdamaian dunia sebagai nett contributor to peace,” tutur Jokowi.
Dia mencotohkan, kawasan Asia Tenggara menjadi wilayah yang aman karena ASEAN selama 50 tahun terakhir telah bekerja keras untuk menciptakan ekosistem perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Menurut Jokowi selain perang, stabilisme suatu kawasan mendapat ancaman besar dari tindakan radikalisme dan terorisme. Ia menekankan tidak ada satupun negara, termasuk Indonesia dan Pakistan yang kebal dari ancaman.
Lebih menyedihkan lagi, korban terbanyak dari tindakan terorisme dan radikalisme seantero dunia merupakan umat Muslim. Jokowi menegaskan, hal ini musti segera dihentikan.
"Umat Islam adalah korban terbanyak dari konflik, perang dan terorisme. Lihatlah data yang sangat memprihatinkan ini, 76 persen serangan teroris terjadi di negara Muslim; 60 persen konflik bersenjata terjadi di negara Muslim Lebih jauh lagi, jutaan saudara-saudara kita harus keluar dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik, 67 persen pengungsi berasal dari negara Muslim,” kata dia.
“Saya berharap, setiap dari kita akan menjadi kontributor dari perdamaian dunia, setiap dari kita menjadi kontributor upaya menyejahterakan dunia demi kemanusiaan, demi keadilan. Kita harus menjadi bagian dari solusi dan bukan menjadi bagian dari masalah," pungkas dia.
ADVERTISEMENT