Jual Romantisme Soeharto, Partai Berkarya Harus Hapus Catatan Kelam

5 Desember 2018 8:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat Politik UIN Jakarta, Adi Prayitno. (Foto: Dok. Adi Prayitno)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat Politik UIN Jakarta, Adi Prayitno. (Foto: Dok. Adi Prayitno)
ADVERTISEMENT
Partai Berkarya percaya diri memunculkan kembali sosok Soeharto dalam ideologi dan perjuangan partainya. Bahkan, mereka meyakini banyak masyarakat yang merindukan era kepemimpinan Soeharto, bahkan kecintaannya melebihi Presiden RI ke-1 Sukarno.
ADVERTISEMENT
Pengamat Politik UIN Jakarta Adi Prayitno mengungkapkan wacana Partai Berkarya kembali mengembalikan lagi masa-masa kejayaan Soeharto pada momen Pemilu 2019 ini tak akan mudah. Sebab, anak muda saat ini tak banyak yang tahu ajaran-ajaran Soeharto, dan justru lebih banyak mengetahui prestasinya yang dibalut dengan kediktatoran dan otoriter.
"Reformasi ini telah mengubah konstelasi politik, di mana masa lalu tentang Soeharto itu sudah lupakan oleh orang-orang. Kalau pun muncul di permukaan yang ada adalah kisah-kisah kelam Soeharto tentang kejayaannya yang dibungkus dengan kediktatoran, intimidasi dan seterusnya," ungkap Adi kepada kumparan, Rabu (5/12).
Soeharto. (Foto: Reuters.)
zoom-in-whitePerbesar
Soeharto. (Foto: Reuters.)
Sementara itu, berbagai prestasi seperti kemajuan ekonomi, swasembada pangan, hingga pembangunan infrastruktur, justru jarang dipublikasikan ke publik. Adi menilai, isu miring era Soeharto seperti KKN hingga membatasi kebebasan masyarakatnya justru lebih menonjol dibandingkan prestasi-prestasinya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Adi berpendapat jika Partai Berkarya benar-benar ingin mengangkat kembali kejayaan Soeharto, maka mereka harus bekerja keras untuk menghapus anggapan buruk ers Presiden ke-2 RI itu kepada masyarakat.
Diklat Caleg Partai Berkarya di Hotel Lorin - Sentul (Foto: Reki Febrian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diklat Caleg Partai Berkarya di Hotel Lorin - Sentul (Foto: Reki Febrian/kumparan)
"Berkarya bila ingin membangkitkan romantisme Pak Harto, dia harus melawan arus besar yang sudah mulai melupakan Pak Soeharto. Menurut saya, ini adalah perjudian besar bagi Berkarya di tengah masyarakat yang sudah maju, penuh risiko. Mungkin mereka ingin membangkitkan masa lalu tentang itu," ujar Adi.
Adi mengatakan, jika Partai Berkarya tetap bersikukuh memunculkan kembali Soeharto, maka mereka harus bisa menonjolkan sejarah kesuksesannya saat memimpin Indonesia selama 32 tahun. Namun, Partai Berkarya tak boleh menjual sekadar jargon dan narasi, tetapi juga menampilkan data dan fakta kepemimpinan Soeharto.
Mantan Presiden RI ke-2, Soeharto, dan Capres RI 2019, Prabowo Subianto (Foto: John Gibson/AFP, ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Presiden RI ke-2, Soeharto, dan Capres RI 2019, Prabowo Subianto (Foto: John Gibson/AFP, ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Selain itu, Adi menyebut dengan dukungan Partai Berkarya kepada Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019 dapat dinilai sebagai sebuah keuntungan. Terlebih, Prabowo pernah menjadi menantu Soeharto saat menikahi Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto yang merupakan anak dari Soeharto.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Adi berpendapat bahwa Prabowo juga harus bekerja keras untuk menetralisir berbagai hal-hal negatif yang muncul saat pemerintahan Soeharto.
"Sekarang perlahan orang sudah mulai menyamakan Prabowo dengan orba. Ia adalah menantunya, diback up full oleh keluarga Cendana lewat Berkarya sekarang. Ada giringan isu ke arah sana. Inilah yang kemudian jadi pertarungan politik ke depan, apakah prabowo mampu menetralisir hal-hal yang sifatnya negatif ke orba. Tentu ini pertarungan," tutup dia.