Jusuf Kalla Ajak Warga Pakai Botol Minum demi Kurangi Sampah Plastik

14 Januari 2019 15:23 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memilah sampah plastik yang dapat didaur ulang di tempat penampungan, Desa Gampong Jawa, Banda Aceh. (Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memilah sampah plastik yang dapat didaur ulang di tempat penampungan, Desa Gampong Jawa, Banda Aceh. (Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut Indonesia merupakan negara dengan penghasil sampah plastik terbanyak kedua setelah China. Masalah sampah tak hanya terjadi di Indonesia melainkan berbagai negara dan menjadi isu global.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Jusuf Kalla mengimbau agar masyarakat dapat menggunakan wadah plastik yang bisa digunakan berulang-ulang, salah satunya botol minum.
"Kita (Indonesia) nomor 2 yang pembuat sampah plastik setelah China. Karena itulah maka harus juga diinovasi plastik yang sekali pakai itu, jadi berkali-kali pakai, salah satunya (untuk menyimpan air) minum," kata JK di Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (14/1).
"Sebab, sampah plastik sekarang menjadi masalah di dunia," imbuhnya.
com-Botol Minum (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Botol Minum (Foto: Thinkstock)
Menurut JK, wadah penyimpan makanan atau botol minum dapat mengurangi pencemaran sampah plastik. Sebab, sampah plastik akan berakibat buruk bagi lingkungan.
"Jadi kalau dipakai berkali-kali botol itu, maka akan mengurangi efek dari lingkungan di sekitar yang kena plastik. Banyak hal dan ini akan menjadi tren dunia, sekali lagi. Penduduk kita banyak, pulau banyak, dan itu bisa berakibat tidak bagus untuk lingkungan," tutur JK.
Seekor Paus Sperma (Physeter macrocephalus) terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi dalam kondisi sudah membusuk (18/11). (Foto: Dok. WWF)
zoom-in-whitePerbesar
Seekor Paus Sperma (Physeter macrocephalus) terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi dalam kondisi sudah membusuk (18/11). (Foto: Dok. WWF)
Sampah plastik belakangan menuai sorotan. Pada 18 November 2018 lalu, ditemukan seekor paus sperma mati di tepian Pulau Kapota, Wakatobi. WWF mencatat dalam perut paus tersebut ditemukan tali rafia seberat 3,26 kilogram, gelas plastik sebanyak 115 pcs seberat 750 gram, sandal jepit satu pasang seberat 279 gram.
ADVERTISEMENT
Selain itu, juga ditemukan kantong plastik sebanyak 25 pcs seberat 260 gram, hingga botol plastik sebanyak 4 pcs seberat 150 gram.
Sampah plastik juga mencemari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara. Dalam sehari petugas kebersihan bisa mengumpulkan 4-10 kubik sampah di kawasan tersebut. Akibatnya kualitas air di perairan semakin menurun lantaran terus menerima beban berat bahan pencemar limbah domestik.