Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Kasus Suap PLTU Riau-1, KPK Akan Periksa Saksi dari BUMN dan Politikus
17 Juli 2018 20:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Penyidik KPK sudah mengagendakan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi dalam kasus dugaan suap terkait pembangunan proyek PLTU Riau-1 . Para saksi yang akan diperiksa terdiri dari beberapa latar belakang.
ADVERTISEMENT
"Saksi yang direncanakan akan diperiksa di akhir minggu ini ada dari unsur BUMN, dan juga ada dari unsur sektor politik," ujar juru bicara KPK Febri Diansyah di gedung KPK, Selasa (17/7).
Kendati demikian, Febri enggan menjawab saat dikonfirmasi apakah pihak dari BUMN yang dimaksud adalah Dirut PLN, Sofyan Basir. Nama Sofyan Basir mencuat dalam kasus ini setelah rumah dan ruang kerjanya digeledah penyidik.
Mengenai adanya dugaan keterlibatan pihak lain dalam kasus ini, Febri pun menyatakan KPK terbuka akan hal itu. Namun menurut dia, penyidik masih fokus dalam proses pembuktian untuk dua tersangka dalam kasus ini, yaitu Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Golkar, Eni Maulani Saragih, dan pemilik saham Blackgold Natural Resources Limited, Johannes B. Kotjo.
ADVERTISEMENT
"Jadi lebih baik kami fokus saja di sana dahulu. Nanti kalau ada pengembangan-pengembangan sepanjang buktinya kuat dan ada dasar yang kuat kami bertindak lebih jauh atau kami akan jalan terus," kata Febri.

Dalam kasus ini, Eni diduga menerima suap sebesar Rp 4,8 miliar secara bertahap dari Johannes. KPK menduga uang itu merupakan suap terkait pembangunan PLTU Riau-1.
Blackgold menjadi satu dari empat konsorsium yang menggarap proyek tersebut. Ketiga konsorsium lainnya, yakni PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT PLN Batubara (PLN BB), dan China Huadian Engineering Co., Ltd. (CHEC).
Dirut PL Sofyan Basir sebelumnya menjelaskan bahwa PLTU Riau-1 merupakan pembangkit listrik mulut tambang. Proyek senilai USD 900 juta tersebut digarap melalui penunjukan langsung kepada anak perusahaan PLN yaitu PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) yang sepenuhnya dimiliki oleh PT PLN.
ADVERTISEMENT
Sementara Sekretaris Perusahaan PJB Muhammad Bardan menjelaskan, proses pengadaan PLTU Riau 1 dimulai dengan penunjukkan langsung dari PLN ke PJB untuk mengerjakan proyek ini.
PJB kemudian memilih partner untuk menggarap proyek yang bernilai USD 900 juta atau Rp 12,97 triliun ini. BlackGold dipilih sebagai salah satu partner karena anak usahanya, PT Samantaka Batubara, memiliki tambang batu bara yang cocok untuk PLTU mulut tambang.
Tambang batu bara milik Samantaka telah melalui uji tuntas yang dilakukan oleh konsultan dan dianggap sebagai yang terbaik. Selain itu, Samantaka juga menawarkan harga yang ekonomis dan memberi kesempatan kepada PLN untuk ikut memiliki saham di tambang batu baranya.