Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kemenag Berharap Umat Islam di Indonesia Puasa dan Lebaran Bersama
15 Mei 2018 15:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Ya mudah-mudahan ikhtiar ini dikabulkan oleh Allah SWT," kata Lukman di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/5).
Lukman menjelaskan, setelah melihat posisi hilal, kesaksian dari sejumlah petugas yang tersebar di 90 titik di seluruh Indonesia juga akan didengarkan. Jika setelah Maghrib ada yang berhasil melihat hilal, maka puasa akan dimulai besok, Rabu (16/5). Namun jika tidak ada yang bisa melihat hilal, puasa baru dimulai Kamis (17/5).
"Sebagaimana ketentuan hukum agama, (jika tidak ada satupun yang melihat hilal) bulan ini itu lalu digenapkan menjadi 30 hari dan karenanya 1 Ramadhan baru jatuh pada hari Kamis, lusa," ucap Lukman.
Sidang isbat akan diawali dengan pemaparan posisi hilal menjelang Ramadhan oleh tim hisab dan rukyat Kemenag. Namun, prosesnya sendiri baru dimulai usai salat Maghrib setelah ada laporan hasil rukyatul hilal dari lokasi pemantauan hilal.
ADVERTISEMENT
Meski sidang digelar tertutup, namun hasil dari sidang isbat akan disampaikan secara terbuka dalam konferensi pers setelah sidang. Hasil tersebutlah yang akan menjadi patokan kapan umat Islam di Indonesia mulai menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Kemenag menurunkan sejumlah pemantau hilal di seluruh provinsi di Indonesia. Para petugas pemantau tersebut berasal dari Kanwil Kemenag dan Kemenag Kabupaten/ Kota yang bekerjasama dengan Pengadilan Agama serta ormas Islam dan instansi terkait.
Sementara, Muhammadiyah sudah menetapkan lebih dulu awal puasa jatuh pada 17 Mei 2018 dan 1 Syawal awal lebaran pada 15 Juni 2018. Muhammadiyah menggunakan metode hisab (penghitungan) sehingga lebih cepat, sementara pemerintah menetapkan secara manual dengan melihat hilal.