Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Kemlu Sebut Cuitan Dubes Saudi Tak Sesuai Prinsip Diplomatik
3 Desember 2018 22:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Kementerian Luar Negeri telah memanggil Wakil Dubes Saudi untuk membahas cuitan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama Muhammad Al-Suabi. Dalam akun Twitter-nya, Osama sempat mencuitkan Reuni 212 adalah reaksi dari pembakaran bendera tauhid dari organisasi sesat.
ADVERTISEMENT
"Setelah mengetahui adanya pernyataan tersebut pada sosmed dubes Saudi, Kemlu langsung berkomunikasi pada Minggu (2/12) dengan dubes Saudi yang berada di luar negeri. (Selanjutnya) pada hari ini wakil dubes/kuasa usaha sementara Saudi di Jakarta secara resmi dipanggil ke Kemlu" kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir dalam keterangannya, Senin (3/12).
Arrmanatha menyebut, dalam pertemuan tersebut Kemlu telah menyampaikan beberapa hal. Salah satunya, menyesalkan pernyataan yang sempat dicuitkan dalam sosmed Osama tersebut.
"Kami juga menyampaikan bahwa substansi pernyataan dalam sosmed dubes Saudi tersebut tidak tepat. Secara etika penyampaian pernyataan seperti yang ada dalam sosmed dubes Saudi tidak sesuai dengan prinsip hubungan diplomatik," ucap Arrmanatha.
Duta besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama Muhammad Al-Suabi, dalam akun Twitter-nya menyebut bahwa Reuni 212 adalah reaksi dari pembakaran bendera berlafalkan tauhid oleh organisasi yang sesat dan menyimpang. Namun, cuitan tersebut kini sudah dihapus.
ADVERTISEMENT
Ketua PBNU Said Aqil menyayangkan pernyataan duta besar Arab Saudi terkait kegiatan Reuni 212 itu. Menurut Said, organisasi sesat yang dimaksud oleh Osama adalah GP Ansor. Sehingga ia keberatan dan terhina atas pernyataan Osama.
“Osama menyebut Reuni 212 itu demi persatuan umat Islam (atas) reaksi terhadap pembakaran bendera tauhid yang dilakukan oleh organisasi sesat, maksudnya (GP) Ansor kan. PBNU merasa dihina dengan pernyataan ini, karena ini jelas-jelas kesalahan atau tidak mengerti etika diplomasi,” ujar Said Aqil di Kantor PBNU, Senen, Jakarta Pusat, Senin (3/12).