Ketika Kesepian Menjadi Masalah Negara

22 Januari 2018 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Keinginan Sendiri SBMPTN (Foto: Alex Jones)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keinginan Sendiri SBMPTN (Foto: Alex Jones)
ADVERTISEMENT
“Aku pernah mengalami hari-hari yang menyedihkan. Aku melakukan hal-hal aneh, seperti membuka Google Maps, menyetir mobil sendirian mengelilingi kota sambil mengecek lokasi rumah orang tuaku di Selandia Baru,” cerita Kylie, warga London, Inggris, kepada Mirror.co.uk.
ADVERTISEMENT
Persoalan rasa kesepian yang dialami Kylie dan sembilan juta warga Inggris lainnya kini menjadi persoalan negara. Demi melindungi kesehatan penduduknya, Inggris memutuskan menunjuk Tracey Crouch, yang berada di sekretariat olahraga dan masyarakat sipil di Kementerian Kebudayaan, untuk mengurusi kesepian yang dialami jutaan warga Inggris.
“Bagi banyak orang, rasa kesepian adalah realitas yang menyedihkan dari kehidupan modern,” ujar Perdana Menteri Theressa May ketika menunjuk Crouch pada Rabu (17/1).
Theresa May (Foto: Reuters/Hannah McKay)
zoom-in-whitePerbesar
Theresa May (Foto: Reuters/Hannah McKay)
May mengungkapkan bahwa ia ingin tantangan--masyarakat modern--ini harus dapat diatasi. “Demi masyarakat dan kita semua, untuk mengatasi rasa kesepian yang diderita oleh orang-orang tua, para sukarelawan, dan semua yang kehilangan orang yang dicinta--orang-orang yang tidak memiliki siapapun untuk berbagi cerita dan pengalaman.”
ADVERTISEMENT
Rasa kesepian memang tak kenal usia, ia bisa hinggap pada siapa saja, di usia berapa pun, kaya atau miskin.
Dr. Jennifer Lau dari Kings College London pada 2016 mengungkapkan, 62 persen dari 1.000 remaja yang diwawancarainya merasa kesepian meski relasi pertemanan mereka baik-baik saja.
Komisi Jo Cox, gerakan yang fokus dalam persoalan ini, mengatakan ada lebih 9 juta orang dewasa di Inggris merasa kesepian. Lebih detil lagi, Komisi Jox mencatat: 43% kelompok usia 17-25 tahun; 24% orang tua; 50% kelompok disabilitas; 58% imigran; 8 dari 10 sukarelawan; dan 3,6 juta kelompok usia di atas 65 tahun, menderita kesepian.
Rasa kesepian, terisolasi, sendiri, dan hanya berteman dengan televisi menjadi pengalaman mereka sehari-hari. Perasaan yang terkesan sangat personal itu ternyata menimbulkan bahaya lebih lanjut: kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Masalah ini (rasa kesepian) lebih berbahaya dibandingkan dengan mengisap 15 batang rokok sehari. Tapi ini bisa dihadapi dan persoalan ini tidak mengenal berapa lama kamu telah hidup,” ujar Mark Robinson, ketua Age of UK, salah satu lembaga donor di Inggris.
Pernyataan Mark diperkuat oleh artikel Dr. Vivek Murthy untuk Harvard Business Review yang berjudul Work and Loneliness Epidemic. “Kesepian dan lemahnya hubungan sosial bisa mengurangi angka harapan hidup seseorang. Kesepian juga bisa memicu risiko lebih tinggi terkena penyaki kardiovaskular, demensia, depresi, dan kecemasan,” tulis Murthy.
Tak hanya soal kesehatan, Murthy juga menjelaskan bahwa kesepian bisa berdampak pada prestasi seseorang. “Dalam pekerjaan, kesepian bisa mengurangi performance seseorang, membatasi kreativitas, dan berdampak pada fungsi-fungsi seperti pengambilan keputusan.”
ADVERTISEMENT
“Sejak berdekade-dekade yang lalu, mereka yang merasa kesepian dan terisolasi semakin banyak. Hal yang biasanya dianggap sebagai masalah pribadi itu menjadi wabah sosial. Masyarakat sekarang lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dibanding mereka di 10 tahun lalu,” ujar Rachel Reeves, anggota parlemen dari Partai Buruh dan juga wakil ketua Komisi Jo Cox.
Komisi Jo Cox menjadi lembaga yang paling nyaring untuk mendorong pemerintah mengambil kebijakan khusus soal ini.
Jo Cox, nama komisi tersebut, diambil dari nama aktivis sekaligus politisi dari Partai Buruh, Helen Joanne Cox. Ia aktif menyuarakan persoalan kesepian yang disebutnya sebagai epidemi sosial di parlemen Inggris. Pada November 2016, Joanne Cox tewas ditembak oleh ekstremis.
Berdasarkan hasil studi Komisi Jo Cox, Rachel menyatakan bahwa melemahnya fungsi serikat pekerja, tempah ibadah, ruang-ruang publik, dan kondisi kerja membuat masyarakat tak terhubung secara sosial.
ADVERTISEMENT
“Ketika kultur dan komunitas yang menyatukan kita menghilang, yang tersisa adalah rasa diabaikan dan terisolasi dari masyarakat,” ujarnya. “Kita butuh sistem sosial yang mendorong masyarakat membantu secara bersama-sama menolong diri mereka sendiri.”
Bendera Inggris (Foto: Pixabay/terimakasih0)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Inggris (Foto: Pixabay/terimakasih0)
Kesepian yang Melanda Warga Inggris
Sejak 2014, persoalan rasa kesepian yang dialami warga Inggris mulai menarik perhatian. Berdasarkan data Office National Statistics, Inggris menjadi negara dengan proporsi jumlah penduduk terbanyak yang merasakan kesepian.
Dilansir The Independent, dari 28 negara di Eropa, Inggris berada di urutan ke 26 berdasarkan proporsi penduduk yang menyatakan memiliki seseorang untuk berbagi ketika menghadapi persoalan.
Persoalan ditengarai berkaitan dengan gaya hidup individualistis dan banyaknya orang-orang yang memilih hidup sendiri. "Hidup sendiri karena mengagungkan budaya individualisme melahirkan rasa terisolasi," kata Aditya Chakraboty di The Guardian.
ADVERTISEMENT
Bagi kolumnis satu ini, kebebasan ekonomi yang mengelu-elukan individualisme telah melemahkan ikatan sosial dalam masyarakat. Dalam artikelnya tersebut ia mengutip kalimat yang ditulis Cacioppo dalam buku berjudul Loneliness.
“Dalam budaya masyarakat yang terisolasi karena digerakkan oleh pergolakan sosial dan ekonomi, dengan jurang lebar ketidaksetaraan, hanya akan menenggelamkan jutaan orang.”
Pada Mei 2017, Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan bahwa ia akan membenasi sistem kebebasan ekonomi di Inggris. “Kami tak percaya pada pasar bebas yang lepas. Kami menolak pengkultusan individualisme yang egois.”
Theresa May (Foto: Reuters/Kevin Coombs)
zoom-in-whitePerbesar
Theresa May (Foto: Reuters/Kevin Coombs)
Pemerintahan Inggris tampaknya mulai mengurai benang kusut persoalan sistem ekonomi hingga sosial masyarakatnya yang-salah satunya--menghasilkan wabah rasa kesepian dan terisolasi. Tak heran jika warga Inggris menanti kebijakan apa yang akan diambil Tracey Crouch untuk menyelesaikan persoalan ini.
ADVERTISEMENT
Dalam situs resmi pemerintahan Inggris, Crouch diharuskan untuk membuat kerangka strategi penanganan wabah kesepian. Kerangka strategi itu kemudian harus dirumuskan pemerintah pusat, bersama pemerintah daerah, sektor bisnis, dan berbagai lembaga. Crouch dan jajaran kementeriannya juga diharuskan untuk membuat indikator kebahagiaan.
===============
Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!