Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah di Balik Spirit Lagu 'Jogja Istimewa' yang Ditulis Kill The DJ
15 Januari 2019 17:35 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Musisi Marzuki Mohamad (Kill The DJ) memutuskan untuk melaporkan akun instagram @CakKhum yang menyebarkan video berisi lagu Jogja Istimewa yang telah diubah liriknya ke Polda DIY. Lirik lagu tersebut diubah untuk mendukung salah satu capres-cawapres. Juki, sapaan Marzuki, tak terima lagu yang ditulisnya itu liriknya diubah dan disebarkan untuk kepentingan kampanye.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela membuat laporan ke Polda DIY, Juki berkisah, lagu Jogja Istimewa itu dia tulis pada tahun 2010. Menurut Juki, lagu itu diciptakan atas rasa cintanya yang luar biasa kepada Yogyakarta. Kidung itu juga menurut Juki ditulis atas rasa kagumnya pada Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
“Saya ciptakan setelah saya baca buku tentang sejarah juga nilai-nilai dan semangat Yogyakarta dan itu membaca buku Tahta Untuk Rakyat," kata Juki, Selasa (15/1). "Dan saya sangat kagum dengan Sultan Hamengku Buwono IX.”
Selain itu, kata Juki, banyak kalimat dari Presiden ke-1 Republik Indonesia Soekarno yang jadi inspirasi Juki di lagu itu. Ditengok dari sejarah, Yogyakarta juga sempat menjadi Ibu Kota Indonesia pada 1946.
ADVERTISEMENT
Lagu Jogja Istimewa tersebut pun ditulis Juki dalam waktu singkat yaitu satu hari dan dinyanyikan bersama rekan-rekannya di Jogja Hip Hop Foundation (JHF).
“Banyak kalimat Soekarno yang menginspirasi lagu itu ketika Ibu Kota Indonesia dipindah ke Yogyakarta dan banyak budi pekerti lainnya yang hidup tumbuh di Yogyakarta,” katanya.
Sehingga wajar apabila Juki tidak berkenan lagu tersebut diubah liriknya oleh pihak mana pun. Lagu tersebut memiliki nilai sejarah luar biasa bagi dirinya. “Seperti utang rasa saya kepada Yogyakarta yang saya cintai. Saya tidak akan mengingkari spirit lagu itu hanya untuk kampanye,” tegasnya.
Sementara itu, Widihasto Wasana Putra, Ketua Sekber Keistimewaan DIY juga bercerita bagaimana lagu tersebut begitu istimewa. Hasto, sapaan Widihasto, menjelaskan lagu itu juga turut dinyanyikan ketika isu Keistimewaan Yogyakarta digugat, hingga muncul reaksi publik untuk referendum sekitar tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Lagu tersebut ternyata bisa menyatukan masyarakat Yogyakarta. “Jadi waktu itu ketika kita menggelar demo-demo setiap hari tentang keistimewaan Juki datang menemui kita dan menyodorkan lagu itu. Lagu itu dibuat beberapa bulan sebelum demo-demo itu,” jelas Hasto saat dihubungi, Selasa (15/1).
Hasto mengatakan pengubahan lagu tersebut mengkhianati semangat keistimewaan. Menurutnya, sejarah lagu itu direduksi nama capres itu pelecehan.
“Siapapun yang menggunakan baik 01 atau 02 saya kira kalau tanpa izin itu pelanggaran hak cipta. Bukan soal urusan politik paslon tapi lebih kepada pelanggaran (hak) cipta,” tegasnya.