Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Cerita memilukan dunia pendidikan muncul di wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten. Seorang guru honorer di SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, Nining Suryani (44), beserta keluarganya harus rela tinggal di toilet sekolah tempatnya mengajar.
Nining terpaksa menyupal toilet itu jadi tempat tinggalnya lantaran tak mampu membayar sewa rumah kontrakan petak sekalipun.
ADVERTISEMENT
Ruangan berukuran 4×4 meter yang terdiri dari dua ruang toilet ini dimodifikasi ala kadarnya supaya bisa ditempati Nining bersama suaminya, Ebi Suhaebi (46) dan dua anaknya yang sudah bersekolah SMP.
Nining menyekat sebagian ruangan toilet dan menambahkan ruang baru. Sebagian ruangan toilet yang disekat digunakan untuk masak dan salat. Sementara dua ruangan toilet tetap bisa difungsikan oleh murid dan guru di sekolah tersebut.
Kepada wartawan, Nining mengaku sudah hampir 2 tahun tinggal di toilet tersebut. Dia terpaksa tinggal di bangunan yang tak semestinya lantaran kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk sekadar mengontrak rumah petak.
“Sudah hampir dua tahun tinggal di sini (toilet SD). Mau bagaimana lagi, kami tidak punya rumah untuk ditinggali,” katanya.
ADVERTISEMENT
Sebelum tinggal di toliet, dia mengaku sempat tinggal di rumah orang tua bersama suaminya. Namun lantaran malu karena masih tinggal bersama orang tua, akhirnya dia berinisiatif untuk menempati toilet sekolah.
Sementara, gaji yang dia peroleh sebagai guru honorer hanya Rp 300 ribu. Itupun dibayar selama 3 bulan sekali. Padahal, Nining sudah mengabdi selama 15 tahun di sekolah tersebut.
"Saya sudah 15 tahun mengajar di sini, murid-murid saya sudah ada yang jadi guru juga. Tapi kehidupan saya mungkin kurang beruntung," ujarnya.
Meski berpenghasilan seadanya, Nining tetap ikhlas menjalankan profesinya sebagai guru honorer di sekolah itu. Dia pun berharap pemerintah dapat meringankan bebannya agar bisa mendapat tempat tinggal yang layak.
"Mudah-mudahan pemerintah dapat meringankan beban saya,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu suami Nining, Ebi Suhaebi mengaku hanya bisa mengandalkan gaji istrinya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sebab, Ebi sehari-hari hanya memiliki pekerjaan sebagai kuli kebun yang tak pernah menentu, walau bisa membantu mencukupi kebutuhan tersebut.
“Saya mah enggak kerja, paling kuli ke kebun. Istri yang kerja sebagai guru (honorer), kalau gaji mah, yah tiap bulan ada, ini mah tiga bulan sekali baru (gajian) itupun tidak banyak paling Rp 300 ribu,” kata Ebi.
Meski serba tak cukup, namun keluarga ini tak pernah mengeluh. Bahkan mereka bersyukur karena setiap harinya masih bisa makan, walau kadang hanya makan singkong.
Di tempat itu, Ebi dan Nining bersama dua anaknya menempati ruangan 4×4 yang merupakan toilet sekolah. Dua toilet tersebut tadinya diperuntukan untuk toilet guru dan murid. Pasangan ini memodifikasi sekadarnya supaya toilet bisa jadi tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Dua toilet tersebut selama dua tahun ini difungsikan Nining sebagai tempat tidur, ruang salat, dan sedikit ruang untuk memasak.
Nining tercatat sudah 15 tahun mengabdikan diri sebagai guru honorer di SDN yang teletak di Kampung Cimapag, RT 004 /RW 004,Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang.
“Sudah 15 tahun tapi belum juga diangkat jadi PNS. Mungkin belum nasibnya,” ujar Ebi.