Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
La Nyalla: Saya Tidak Pernah Bilang Prabowo Memalak Saya
17 Januari 2018 5:35 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Mantan politisi Partai Gerindra La Nyalla Mattalitti akhirnya buka suara terkait pernyataannya beberapa waktu lalu terkait mahar yang diminta Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, jika ingin maju dalam Pilgub Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
La Nyalla yang sejatinya diundang untuk menghadiri program acara Indonesia lawyers Club (ILC) TvOne yang dipandu oleh Karni Ilyas. Ia kemudian membuat penyataan tertulis terkait hal tersebut.
La Nyalla membantah berita yang beredar selama ini. Menurutnya, kabar yang mengatakan dirinya diminta mahar oleh Prabowo tidaklah benar.
"Saya tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa Prabowo memalak saya. Kalimat itu adalah judul di media. Tidak pernah pula saya mengatakan bahwa Prabowo meminta uang mahar," ujar La Nyalla, dalam keterangan tertulisnya, yang diterima kumparan (kumparan.com), Rabu (16/1).
Sebelumnya, La Nyalla sempat mengutarakan kekecewaannya melalui awak media terkait pencalonannya di Jawa Timur. Dia mengatakan, ingin maju jadi calon gubernur, namun, harus menelan kekecewaan karena mendapatkan syarat dari ketua umum Prabowo Subianto yang meminta uang miliaran rupiah.
ADVERTISEMENT
Dalam Pilgub Jatim pun Partai Gerindra awalnya memang menyuarakan untuk mendukung La Nyala. Namun, hal itu tidak terjadi karena pada akhirnya Gerindra mendukung cagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
Berikut keterangan tertulis La Nyalla secara lengkap:
Pernyataan Tertulis La Nyalla Mahmud Mattalitti
Untuk Dibacakan di Acara ILC di TvOne
Selasa, 16 Januari 2018
I. KLARIFIKASI
a) Saya tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa Prabowo memalak saya. Kalimat itu adalah judul di media.
b) Tidak pernah pula saya mengatakan bahwa Prabowo meminta uang mahar.
II. FAKTA
a) Ada oknum pengurus partai, yang menemui saya, menjanjikan mengurus rekomendasi.
b) Oknum tersebut meminta sejumlah fasilitas pribadi kepada saya.
c) Oknum tersebut meminta sejumlah dana untuk beberapa keperluan, yang tidak perlu saya rinci di sini, karena hanya membuka aib orang. Total dana yang saya keluarkan kepada oknum tersebut sekitar Rp 7 miliar. Masing-masing Rp 5,9 miliar dan beberapa kali pengeluaran sekitar Rp 1,1 miliar.
ADVERTISEMENT
d) Ketua DPD Gerindra Jatim dalam pembicaraan melalui telepon dengan tim saya, menyampaikan agar disiapkan dana Rp 170 atau Rp 150 miliar. Akan dibawa ke Prabowo dan akan diurus rekomendasi calon gubernur. Sekaligus akan diurus partai koalisi lainnya.
e) Saya ketika dipanggil Prabowo, diminta untuk menyiapkan dan menyerahkan dana saksi Rp 40 miliar di kisaran tanggal 20 Desember 2017. Saya tidak setuju. Karena saya hanya bersedia menyiapkan dan menyerahkan dana saksi dan dana pemenangan setelah resmi terdaftar sebagai Calon Gubernur di KPU. Karena itu saya sudah membuka Cek Rp 70 miliar, yang akan bisa cair setelah saya resmi menjadi calon gubernur.
f) Akhirnya saya diberi surat tugas oleh Prabowo untuk mencari sendiri partai koalisi, dan diberi waktu 10 hari.
ADVERTISEMENT
g) Semua fakta tersebut tercatat, ada saksi dan sebagian ada bukti otentik, baik berupa kuitansi/tanda terima, maupun rekaman chatting dan telepon.
III. HARAPAN
a) Saya berharap kepada semua stakeholder politik dan akademisi untuk mengambil pelajaran berharga dari fenomena politik rekomendasi partai di Indonesia. Untuk kemudian menyusun rumusan perbaikan sistem tata kelola dan model.
b) Saya berharap MPR/DPR melakukan evaluasi kebijakan dan evaluasi peraturan perundangan terkait dengan partai politik dan kontestasi pemilihan kepala daerah.
c) Karena politik biaya tinggi cenderung menghasilkan perilaku koruptif, bagi pemenang dan kerugian material dan moril bagi yang kalah.
d) Terhadap internal Partai Gerindra, saya berharap Badan Pengawas dan Etik Partai melakukan tindakan terhadap oknum-oknum partai dan orang dekat Ketua Umum yang terbukti melakukan tindakan yang merugikan partai.
ADVERTISEMENT
IV. SIKAP
a) Secara pribadi, Saya tidak akan terlibat dukung mendukung pasangan calon di Pilgub Jatim. Saya memilih puasa politik, dengan tetap melakukan konsolidasi dengan para pendukung dan relawan saya untuk menyongsong Pileg dan Pilpres 2019.