Mahathir: Saya Pegang Janji Saya, Saya Akan Letakkan Jabatan

22 Februari 2019 11:33 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Mahathir Mohamad dengan Pemimpin Redaksi Media di Indonesia. Foto: Dok. ISWAMI
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Mahathir Mohamad dengan Pemimpin Redaksi Media di Indonesia. Foto: Dok. ISWAMI
ADVERTISEMENT
Dr Mahathir Mohamad mengukir sejarah baru. Dia menjabat lagi sebagai Perdana Menteri Malaysia (PM) setelah meletakkan jabatan sebagai PM ke-4 tahun 2003 silam.
ADVERTISEMENT
Dilantik lagi sebagai PM ke-7 pada 10 Mei 2018 lalu, Mahathir sudah berusia 93 tahun. Dari awal dilantik, Mahathir berjanji tidak akan menjabat PM sampai penuh. Hingga saat ini, Mahathir masih konsisten dengan janjinya.
Hanya saja, Tun Mahathir - begitu tokoh ini disapa - masih perlu waktu lebih lama untuk menjadi PM untuk memperbaiki pemerintahan Malaysia sepeninggal Tun Najib Razak. Tun Mahathir perlu menjabat PM Malaysia antara 2,5 sampai 3 tahun sebelum menyerahkan jabatan PM kepada penggantinya, yang sudah disepakati: Anwar Ibrahim.
Bagi Mahathir, masalah Malaysia ternyata begitu berat. Dia mengetahui setelah duduk sebagai PM lagi.
“Saya memerlukan mungkin 2,5 - 3 tahun untuk memperbaiki masalah. Utang yang terlalu besar, jentera pemerintah telah merusak karena telah terlibat politik. Ini pembersihan kerajaan bukan perkara mudah yang dilakukan. Sekarang ini masih ada yang setia pemerintah lama. Kadang kita terlalu percaya. Tapi ramai, yang jelas memihak kepada parti lama. Terpaksa kita singkirkan,” kata Mahathir saat bertemu beberapa pemimpin redaksi media dari Indonesia di Kantor Perdana Menteri Malaysia, Gedung Putra, Putra Jaya, Selasa (19/2) lalu.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Mahathir ditanya kapan rencana menyerahkan jabatan PM kepada penggantinya. Karena sejak awal dilantik, Mahathir telah membuat kejutan kepada publik, tidak hanya Malaysia, tapi dunia.
Dia hanya akan duduk sebagai PM selama dua tahun dan akan menyerahkannya kepada penerusnya. Sesuatu hal yang kurang lazim dilakukan oleh penguasa.
Mahathir menjadi PM ke-4 pada 16 Juli 1981 hingga 31 Oktober 2003. Dia memerintah Malaysia selama 22 tahun.
Di tangan Mahathir, Malaysia maju pesat. Dia mengubah Malaysia menjadi lebih modern. Infrastruktur dia bangun, termasuk alat tranportasi massal. Dia-lah yang memindahkan pusat pemerintahan dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya pada tahun 1995.
Putra Jaya dibangun dengan tata kota yang baik dan berarsitektur indah. Pemindahan pusat pemerintahan ini bisa mengurangi beban Kuala Lumpur yang sangat padat.
ADVERTISEMENT
Di usia menuju 94 tahun, Mahathir masih tampak sehat dan bugar. Berdirinya masih tegak, bicaranya pun sangat jelas. Setiap kalimat yang ia ucapkan penuh arti. Tutur katanya jelas dan tegas. Memang hebat dan pintar.
Pertemuan Mahathir Mohammad dengan Pemimpin Redaksi Media di Indonesia. Foto: Dok. ISWAMI
Bagi orang yang pernah mengenal Mahathir sebelumnya, Mahathir saat ini tidak berbeda dengan Mahathir dulu: visioner. Untuk menjaga kebugarannya, Mahathir menyempatkan diri untuk menyetir mobil sendiri di akhir pekan, bersama istrinya, Siti Hasmah, yang berusia 93 tahun.
Dia juga menyempatkan diri bersepeda 18 km di akhir pekan. Soal makanan, Mahathir punya prinsip: berhenti makan, sebelum kenyang.
Pertemuan para pemimpin redaksi dari Indonesia, yang difasilitasi ISWAMI (Ikatan Persaudaraan Wartawan Malaysia-Indonesia), berjalan santai. Tak ada aturan protokoler yang terlalu ketat. Saat bertatap muka, Mahathir pun menjawab yang kadang-kadang diselingi gurau.
ADVERTISEMENT
Waktu yang disediakan 40 menit, ternyata molor menjadi 50 menit. Setelah bertatap muka selesai, acara diakhiri dengan foto-foto dan selfie.
Pertemuan Mahathir Mohamad dengan Pemimpin Redaksi Media di Indonesia. Foto: Dok. ISWAMI
Materi pembicaraan tentang bagaimana kondisi Malaysia dan rencana Mahathir menyerahkan kekuasaannya kepada penggantinya merupakan salah satu tema yang menarik. Perjalanan politik Mahathir sungguh menarik.
Mahathir bercerita bagaimana dia meninggalkan Barisan Nasional (BN) dan UMNO, partai yang ia dulu pernah pimpin, dan kemudian bergabung dengan partai-partai oposisi dan kemudian memenangkan Pemilihan Raya ke-14. Kekuasaan Barisan Nasional yang dimulai pada 1957 akhirnya kandas pada 2018 gara-gara Mahathir turun gunung.
Mahathir bergabung dengan Pakatan Harapan (PH), koalisi terbesar kedua setelah BN, pada 2015. PH merupakan koalisi dari empat partai politik, yaitu Partai Aksi Demokratis (PAD), Partai Keadilan Rakyat (PKR), Partai Amanah Nasional (PAN), dan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM).
ADVERTISEMENT
Mahathir didapuk sebagai ketua koalisi, sementara Presiden PKR Wan Azizah Wan Ismail- istri Anwar Ibrahim- sebagai presiden koalisi. Dalam Pemilihan Raya ke-14, PH memperoleh 122 kursi, sementara BN hanya meraih 79 kursi dari 122 kursi yang diperebutkan.
Mahathir bercerita bagaimana dia bisa bergabung dengan PH yang merupakan gabungan partai-partai oposisi. Selama ini partai-partai oposisi tak pernah menang. Namun, karena melihat bahwa pemerintahan Najib Razak memang perlu disudahi karena banyak masalah, maka Mahathir pun bergabung dengan PH. Perlu ada upaya mempersatukan kekuatan.
“Dulu parti lawan tak pernah menang. Sebabnya mereka pecah sesama mereka. Kalau mereka tak bersatu, tak mungkin mereka kalahkan BN, yang memiliki 13 parti yang bergabung,” kata Mahathir.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau saya keluar (dari BN) dan saya mau merapat , maka masalah besar adalah untuk menjatuhkan Dato’ Seri Najib. Untuk itu kita perlu bergabung. Soal perselisihan kita yang lama, perlu kita kebelakangkan. Bukan tak ada, memang ada. Tapi kita ingat, itu tidak penting, masa depan lebih penting,” sambung Mahathir.
Jadilah, Mahathir dan para parti oposisi menjadi kawan, setelah sekian puluh tahun menjadi lawan. Perjuangan Mahathir dan partai-partai oposisi berbuah manis, menang di Pemilihan Raya ke-14.
“Walau kita bermusuh dahulu, kita perlu kerjasama. Dan saya bukan niatan menjadi Perdana Menteri. Yang mencadangkan saya Perdana Menteri adalah parti yang dulu mengeluarkan kata-kata kasar kepada saya. Saya disebut ‘Maha Fir’aun’ dan sebagainya. Tetapi mereka terima saya sebagai pemimpin. Bahkan sanggup untuk menjadi Perdana Menteri. Tetapi, saya tak akan lama menjadi Perdana Menteri. Umur saya 90 lebih. Penggantinya kita belum tentukan. Tapi kita bersetuju supaya Anwar Ibrahim sebagai pengganti,” terang Mahathir.
ADVERTISEMENT
Setelah dilantik sebagai sebagai PM ke-7 Malaysia, Mahathir berpikir bahwa dirinya tidak akan menjadi PM secara penuh. “Saya berpikir dalam masa tertentu sebelum sampai Pemilihan Raya ke-15, saya akan serahkan. Ini janji saya, akan saya tunaikan. Walau sekarang ini ada pendapat berbeda, tapi itu pendapat orang lain. Saya pegang janji saya. Saya akan letakkan jawatan,” tegas Mahathir.
Pemimpin Redaksi Media di Indonesia berfoto dengan Mahathir Mohamad. Foto: Dok. ISWAMI
Menurut Mahathir, dulu BN merupakan koalisi yang paling populer dan selalu menang. Namun, Mahathir melihat bahwa popularitas BN semakin merosot, karena para pemimpin BN yang menjadi penguasa pemerintahan Malaysia, semakin lupa tugas utamanya.
“Prinsip perjuangan sudah mereka lupakan dan semakin lama semakin buruk. Sampai tahap rakyat tidak terima lagi. Walaupun rakyat memang setia kepada parti itu, dalam Pemilihan Raya ke-14 ini rakyat ingin kerajaan baru. Alhamdulillah, pertukaran pemerintahan kerajaan ini tidak ada keganasan dan kerusuhan. Kita bersyukur,” kata Mahathir.
ADVERTISEMENT
Setelah sejak Mei 2018 memerintah kembali Malaysia, Mahathir memiliki tantangan dalam mengubah cara pandang para pemimpin partai di koalisi PH, yang sebelumnya merupakan para oposisi.
“Sekarang parti yang memerintah, selama 60 tahun jadi parti pembangkang. Setelah jadi parti pemerintah, mereka sukar bertukar pikiran. Mereka masih berpikir sebagai parti pembangkang. Itu mindset sulit berubah. Sedikit semi sedikit, mereka sekarang paham sebagai parti pemerintah. Dan sebagai parti pemerintah, mesti berbaik-baik dengan swasta. Karena swasta yang menjana kekayaan dan peluang-peluang kerjaan. Selalunya mereka anggap swasta ini kapitalis dan tak baik. Sekarang mereka baik. Kami kawan,” ujar Mahathir.