Mahfud MD soal Pilpres: Pilih yang Jeleknya Paling Sedikit

21 Februari 2019 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Ketua MK, Mahfud MD mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih di Pilpres 2019. Foto: Twitter  @mohmahfudmd
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Ketua MK, Mahfud MD mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih di Pilpres 2019. Foto: Twitter @mohmahfudmd
ADVERTISEMENT
Mahfud MD mengimbau masyarakat Surabaya untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pilpres 2019. Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, menggunakan hak pilih adalah bentuk sikap patriotisme.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa pekan terakhir, Mahfud MD kerap melakukan sosialisasi agar masyarakat menggunakan hak pilih di Pilpres. Terkini, hal itu kembali ditegaskan Mahfud MD saat menghadiri diskusi bertajuk Jelajah Kebangsaan di Stasiun Gubeng Surabaya, Kamis (21/2).
Dalam diskusi yang diprakarsai Gerakan Suluh Kebangsaan itu, Mahfud MD menekankan betapa pentingnya partisipasi masyarakat. Ia juga memberikan tips dalam menentukan pilihan capres-cawapres pada 17 April 2019 mendatang.
"Kalau keduanya dianggap bagus, maka pilih yang paling bagus. Tapi kalau menganggap semuanya jelek maka cari yang jeleknya paling sedikit," tutur pria berusia 61 tahun itu, dilansir Antara.
Dalam kacamata Mahfud MD, menggunakan hak pilih dalam Pilpres adalah salah satu bentuk sikap patriotisme terhadap bangsa dan negara. "Memilih pemimpin sangat penting dan itulah sikap patriotisme kita sekarang," jelas pria yang sempat menjabat sebagai Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, bentuk sikap patriotisme saat ini bukan dengan terlibat di medan perang atau melawan penjajah dalam perang konvensional. Ia mengatakan bahwa perang rakyat Indonesia saat ini perang diplomasi hingga perang melawan hoaks.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD. Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
"Kalau cinta ke bangsa, jangan berpikir pernah beli kapal perang berapa, senjatanya apa, tapi yang dibutuhkan adalah otak diplomasi dari seorang pemimpin dan wakil rakyat yang benar pada Pemilu," ia menegaskan.
Dalam kesempatan yang sama, pengasuh pondok pesantren Progresif Bumi Shalawat KH Agoes Ali Masyhuri mengimbau, masyarakat tidak boleh berseteru meski berbeda pilihan soal pemimpin. Ia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan.
"Asalkan dengan catatan, bangsa Indonesia harus bersatu dan jangan mau diadu domba," kata pria yang akrab disapa Gus Ali dalam diskusi yang juga dihadiri Alissa Wahid (putri Gus Dur), Prof KH Abdul A'la, Prof Dr Syamsul Arifin, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi itu.
ADVERTISEMENT
Download aplikasi kumparan di App Store atau di Play Store untuk dapatkan berita terkini dan terlengkap.