Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Masalah di Bandara Jadi Penyebab Terbanyak dari 10 Kecelakaan Lion Air
2 November 2018 11:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Jatuhnya pesawat PK-LQP rute Jakarta-Pangkal Pinang di perairan Karawang, Jawa Barat Senin (19/10), menambah daftar panjang catatan kelam maskapai Lion Air. Sebelum kecelakaan ini, kumparan mencatat 20 kecelakaan telah menimpa maskapai milik Rusdi Kirana itu.
ADVERTISEMENT
Rentetan kecelakaan tersebut membuat redaksi kumparan penasaran, apa yang sebenarnya menjadi penyebab kecelakaan Lion Air selama ini. Untuk mengetahuinya, kumparan mengkaji dokumen hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sayangnya, tidak semua dokumen kecelakaan yang melibatkan Lion Air sudah dipublikasikan KNKT.
“Semua laporan KNKT yang sudah final sudah diunggah di website, jika ada selisih, berarti laporan tersebut belum selesai disusun,” ujar Anggo Anurogo Kepala Sub Bagian Data, Informasi dan Humas KNKT kepada kumparan, Rabu (31/10).
Dari 20 kecelakaan, baru 10 laporan yang sudah dipublikasikan. Dari jumlah tersebut, delapan laporan bersifat final (selesai), dua lainnya berstatus preliminary (belum lengkap).
Dari laporan yang didapatkan, semua kecelakaan yang dialami Lion Air adalah rute penerbangan dalam negeri.
Menilik jam terbang pilot, laporan tersebut menuliskan, pengalaman terbang pilot bervariasi, mulai dari 2.700 jam hingga 25.000 jam. Dengan catatan, satu laporan tidak menyebutkan jam terbang sang pilot.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah jam terbang pilot menjadi penyebab utama kecelakaan Lion Air? Atau kondisi mesin pesawat yang rusak? Lalu, kecelakaan macam apa saja yang dialami Lion Air? Berikut analisis kumparan berdasarkan laporan investigasi KNKT.
Penyebab Kecelakaan
Dari laporan investigasi KNKT yang sudah diterbitkan, penyumbang kecelakaan kecelakaan terbesar Lion Air disebabkan kondisi bandara yang bermasalah, dengan persentase 30 persen. Salah satu laporan menyebutkan, Lion Air dengan nomor penerbangan JT-892 jurusan Makassar-Gorontalo menabrak sapi yang berkeliaran di Bandara Djalaludin, Gorontalo, 6 Agustus 2013.
Dua pesawat lainnya, JT-598 jurusan Jakarta-Pekanbaru dan JT-295 jurusan Medan Pekanbaru tergelincir saat landing di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru dua hari berturut-turut, 14-15 Februari 2011. Kondisi bandara yang licin serta genangan air setinggi 3 cm disinyalir menjadi penyebab kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Di urutan kedua, kesalahan manusia (human error) dan cuaca buruk dengan persentase masing-masing 20 persen. Misalnya, ketika pilot Lion Air JT-386 jurusan Jakarta-Batam tidak bisa take off karena tidak melakukan proses checklist dengan sempurna sebelum menerbangkan pesawat, 14 Januari 2002.
Sementara itu, pesawat Lion Air JT-361 jurusan Balikpapan-Surabaya tidak bisa landing dengan sempurna karena pilot tidak pernah mengikuti pelatihan pendaratan keras, 1 Februari 2014.
Selain human error, kondisi cuaca juga ikut andil dalam dua kecelakaan Lion Air. Pesawat Lion Air JT-904 jurusan Bandung-Bali terperosok ke laut karena cuaca hujan dan berkabut saat pendaratan, 13 April 2013. Sementara itu, Lion Air LNI-793 jurusan Makassar-Jakarta tergelincir di Bandara Soekarno-Hatta disebabkan cuaca hujan, 9 Maret 2009.
Lalu, gangguan mesin juga jadi penyebab lain. Yakni pada penerbangan Lion Air LNI-972 jurusan Medan-Batam. Pesawat ini mendarat dalam kondisi darurat di Bandara Hang Nadim, Batam, 23 Februari 2009. Kecelakaan tersebut diakibatkan rusaknya spray detector yang membuat roda bagian depan tidak keluar saat pendaratan.
ADVERTISEMENT
Sepuluh persen sisanya, merupakan gabungan kondisi bandara dan human error. Yakni pada Lion Air JT-787 jurusan Ambon-Makassar yang tidak bisa mendarat dengan sempurna di Bandara Hasanuddin, 31 Oktober 2003. Itu karena, landasan pacu yang licin serta ketidakmampuan pilot dalam menghadapi situasi.
Jenis kecelakaan
Kategori kecelakaan pesawat tergelincir dan keluar landasan paling tinggi dialami Lion Air, dengan masing-masing persentase 30 persen. Sementara itu, jenis lainnya dikarenakan gagal take off, mendarat darurat, terjun ke laut, dan mendarat tidak sempurna.
Kondisi Cuaca
Dari sepuluh laporan kecelakaan, 50 persen terjadi saat cuaca hujan dan 40 persen lainnya ketika cerah. Sementara, 10 persen ketika gerimis. Dari keseluruhan laporan, kondisi cuaca disebut menyumbang 20 persen penyebab kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Kondisi Mesin
Melihat kondisi mesin pesawat yang mengalami kecelakaan, 70 persen mesin dinyatakan normal. Hanya 10 persen kecelakaan yang diakibatkan kerusakan mesin. Lalu, 10 persen belum selesai diselidiki KNKT.
Sisa 10 persen lainnya mengalami kendala sehari sebelum diterbangkan, namun sudah diperbaiki.
Pemaparan lengkapnya dapat disimak dalam topik Membedah Kecelakaan Lion Air .