Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Masjid Berumur 112 Tahun Kokoh Berdiri Meski 3 Kali Diterjang Tsunami
12 Oktober 2018 12:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Ombak di bibir Pantai Malambora, Desa Wani, Donggala, Palu, Rabu (10/10) tampak tenang disertai sejuknya embusan angin laut. Birunya air laut memanjakan mata, dan membuat penat seketika hilang setelah menempuh perjalanan satu jam lamanya.
ADVERTISEMENT
Di balik ketenangan laut itu, ada kisah duka yang terjadi pada Jumat (28/9) lalu. Gempa dan tsunami dahsyat menghancurkan perumahan di sepanjang bibir pantai Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Selain bangunan-bangunan hancur, kapal KM Sabuk Nusantara 39 yang sedang bersandar di Pelabuhan Wani ikut terhempas ke daratan bersama beberapa kapal milik masyarakat sekitar.
Rumah-rumah warga rata dengan tanah, hanya tersisa puing-puing bangunan dan lalat-lalat yang beterbangan.
Namun, dari sekian banyak bangunan yang hancur itu, ada sebuah masjid tua yang masih berdiri kokoh, Masjid Al Amin. Lokasinya berada sekitar 20 meter dari bibir pantai. Banyak benda-benda berserakan di lantai masjid, ada Al quran, tasbih, sajadah, dan buku-buku. Tak hanya itu, lantai masjid juga dipenuhi lumpur bekas terjangan tsunami.
kumparan berbincang dengan pengurus masjid, Tahir Syarif. Dia masih ingat betul bencana yang terjadi Jumat (28/9) sore itu.
ADVERTISEMENT
Saat itu Tahir sedang berada di dekat masjid yang bergaya Arab-Melayu-Tionghoa itu, untuk menunaikan salat Magrib. Tiba-tiba terjadi goncangan hebat yang membuat dia terlempar ke lantai. Tahir mencoba bangkit dan keluar masjid.
Belum sampai di halaman masjid, dia melihat air bah datang. Masjid yang dibangun tahun 1906 itu digulung tsunami, bagian lantai dan pintu rusak, tetapi bangunan lainnya tetap berdiri kokoh.
Orang-orang berlari mencari perlindungan, Masjid Al-Amin menjadi salah satu tujuan. Ada 6 warga yang selamat dari terjangan tsunami karena berlindung di dalam masjid.
“Yang selamat ada 6 orang di dalam masjid, karena itu kan mau Magrib, kalau malam mati semua orang,” ucap Tahir saat berbincang dengan kumparan di Desa Wani, Donggala, Palu, Kamis (10/10).
ADVERTISEMENT
Salah satu warga yang selamat adalah Nani. Dia berlari ke masjid saat tsunami menerjang rumahnya yang berada persis di seberang masjid. Nani sempat tersapu air laut hingga akhirnya bisa menyelamatkan diri ke dalam masjid dengan kondisi luka-luka di tubuhnya.
“Sangat berterima kasih, luar biasa sekali saya bisa selamat sampai tembus ke belakang sana, saya bisa terlindung dari air tsunami,” ucap Nani.
Masjid Al Amin merupakan masjid tua yang masuk dalam cagar budaya sejak tahun 2010. Di dalam masjid yang memiliki panjang kurang lebih 13 meter dan lebar 14 meter ini, ada delapan tiang penyangga utama yang terbuat dari kayu berdiameter kurang lebih 10 cm. Tahir menyebut delapan tiang tersebut juga memiliki arti dan filosofi sendiri.
ADVERTISEMENT
“Di Wani ini kan orang kaya banyak. Karena ini masjid didirikan saya punya nenek itu semua sepupunya saya satu tiang, saya satu tiang. Jadi delapan tiang itu berarti delapan orang kaya yang bikin mesjid itu. Masih ada itu bentuknya,” kata Tahir.
Masjid yang dibangun tahun 1906 ini sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Namun bangunan utamanya yakni pondasi masjid yang berupa kayu, masih asli. Masjid ini juga sudah 3 kali dihantam tsunami yakni tahun 1927, 1938, dan 2018. Hebatnya, masjid Al-Amin masih berdiri kokoh hingga kini.
Menurut arkeolog sekaligus arsitektur tradisional Iksam Djorimi, ada beberapa hal yang menyebabkan masjid tersebut kokoh berdiri. Salah satunya adalah sistem konstruksi bangunan.
“Saya lihat sistem konstruksinya itu dirancang untuk saling mengikat. Antar tiang rapat, misalnya saya lihat jarak antar tiang ada yang 2 meter. Di beberapa masjid yang roboh jarak antar tiang lebih dari 3 meter,” kata Iksam saat ditemui kumparan di kediamannya, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (9/10) malam.
Saat itu Iksam baru saja berkeliling memeriksa kondisi bangunan-bangunan di Palu dan Donggala usai dihantam tsunami pada Jumat (28/9) petang. Iksam menyebut, selain sistem ikat, pondasi Masjid Al-Amin yang didominasi kayu memang cenderung lebih aman dari gempa ketimbang batako.
ADVERTISEMENT
“Kita lihat dari sistem konstruksi yang sudah lama ratusan tahun itu sistem pasaknya yang kelihatan memang bisa kita gunakan untuk bangunan masjid-masjid ke depan. Begitu juga pemilihan material, saya melihat masjid yang rusak kebanyakan terbuat dari dinding batako,” urainya.
Simak selengkapnya konten spesial dalam topik Yang Kokoh Diterjang Tsunami .