Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Masjid Segitiga Tanah Abang, Karya Emil yang Pernah Ditolak Warga
7 Juni 2018 18:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Masjid Jami'e Darussalam langsung mencuri perhatian karena desainnya yang terbilang tak biasa. Masjid yang biasanya berkubah bulat, justru berbentuk segitiga.Tak heran oleh warga sekitar, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Segitiga.
ADVERTISEMENT
Masjid segitiga ini rupanya didesain oleh Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung nonaktif yang kini menjadi calon gubernur Jawa Barat. Letaknya di tengah area padat penduduk di Jalan Kotabumi Ujung, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sekretaris Pengurus Masjid Segitiga, Didit, menuturkan awalnya keberadaan masjid ini sempat ditolak oleh warga sekitar. Desain masjid yang berbentuk segitiga dinilai lebih mirip dengan gereja dibanding masjid.
"Pada saat itu, kan kita dikasih, sudah terbentuk. Ditaruhlah di masjid yang lama, itu respons dari masyarakat 'loh, ini masjid kok kayak gereja," kata Didit saat menemani kumparan berkeliling area masjid, Kamis (7/6).
Didit menjelaskan, Masjid Darussalam ini semula berada di atas tanah wakaf. Tanah wakaf ini rupanya akan digunakan untuk proyek pembangunan Putragaya Wahana. Atas kesepakatan bersama, pengembang 'memindahkan' masjid dan membangunnya kembali dengan nama yang sama 200 meter dari lokasi semula.
ADVERTISEMENT
"Proses perpindahan Masjid Segitiga ini, awalnya perpindahan Masjid Darussalam yang ada di tengah proyek Putragaya Wahana. Karena pindah proyek, pindahlah kita ke masjid yang segitiga ini, yang didesain oleh Bapak Ridwan Kamil," kenangnya.
Awalnya, masih ada masyarakat yang berkeras tidak mau menggunakan Masjid Segitiga. Namun, setelah Didit dan beberapa pengurus masjid memberi penjelasan bahwa desain tersebut merupakan karya Ridwan Kamil, yang juga dikenal sebagai salah satu arsitek terbaik Indonesia, akhirnya warga mau menerima keberadaan masjid ini.
Masjid Segitiga diresmikan pada 25 Juni 2015, atau tepatnya 8 Ramadhan 1436 H. "Ada beberapa masyarakat yang keras banget enggak mau dipindahin, akhirnya kita berusaha untuk meyakinkan. Setelah terbentuk, enggak ada komen, sudah. Kan semua butuh penyesuaian," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Didit, Ridwan Kamil sengaja menggunakan desain yang tidak biasa untuk mengubah pola pikir masyarakat Indonesia yang selama ini selalu berpikiran bagian atas masjid harus berbentuk kubah. Untuk itu, Ridwan Kamil lalu memilih bentuk segitiga yang diambil dari bentuk atap kebanyakan rumah di Indonesia.
"Intinya Pak Ridwan Kamil membuka pola pikir kita bahwa yang identik di Jakarta bukan kubah, kubah itu adanya di Timur Tengah untuk menampung hawa panas yang ada di luar itu. Sekarang di Indonesia, kita atap rumah segitiga, makanya diambil seperti itu," jelasnya.
Didit memaparkan, kaligrafi berlafal tauhid menghiasi ruang utama masjid, baik di dinding maupun jendelanya. Kaligrafi inilah yang membuat warga yang awalnya menolak, akhirnya menurut.
ADVERTISEMENT
"Ini di dinding atap semuanya ada tulisan la illaha illallah. Atas dasar itu, akhirnya kita diterima walaupun banyak para jemaah atau masyarakat yang belum siap menerima dengan bentuk segitiga seperti ini," ungkapnya.
Saat ini, Didit dan beberapa pengurus lainnya mencoba menekankan agar warga tak lagi mempermasalahkan bentuk masjid. Sebab, masjid seharusnya difokuskan untuk kegiatan-kegiatan Islami seperti pengajian rutin untuk ibu-ibu setiap Jumat dan pengajian bulanan yang dilakukan usai salat Subuh.
Di bulan Ramadhan, aktivitas di masjid semakin ditingkatkan. Salah satunya dengan menggelar kultum setiap selesai salat Zuhur dua kali dalam sepekan.
"Banyak, kultum Zuhur seminggu dua kali, kuliah Subuh, kemarin ada Nuzulul Quran," pungkasnya.