Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Masyarakat Diimbau Tidak Asal Kirim Bantuan ke Korban Gempa Lombok
11 Agustus 2018 23:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Pengungsi akibat bencana gempa 7 magnitudo yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (5/8) terus bertambah. Saat ini, sudah ada sebanyak 387.607 pengungsi yang tersebar di ribuan titik seperti di Lombok Utara 198.846 orang, Mataram 20.343 orang, Lombok Barat 91.372, dan Lombok Timur 76.506. Mereka masih membutuhkan bantuan karena belum semua kebutuhan dasar terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Bahkan, hingga Sabtu (11/8) masih ada beberapa pengungsi yang belum mendapatkan bantuan. Karena akses menuju lokasi cukup sulit dijangkau. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dari 387.607 pengungsi yang ada, terdapat bayi, anak-anak, disabilitas, lansia, dan ibu hamil yang memerlukan perlakukan khusus.
"Pemberian bantuan berupa makanan untuk bayi tidak bisa dilakukan secara sembarangan di pengungsian. Untuk ibu dan bayi yang masih menyusui membutuhkan perhatian. Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna, itu harus terus dilakaukan oleh ibu kepada bayinya tidak bisa digantikan oleh susu formula," kata Sutopo dalam keterangannya.

Munurut Sutopo, jika diganti dengan menggunakan susu formula akan sangat rentan kepada para bayi. Sebab, terbatasnya sarana di pengungsian seperti air bersih, alat memasak, dan botol steril sangat terbatas. Sangat riskan dan dapat meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi bahkan kematian kepada balita.
ADVERTISEMENT
"Beberapa pengalaman saat terjadi bencana, apalagi skala bencananya besar yang menyebabkan banyak pengungsi pada saat tanggap darurat bencana, susu formula dan susu bubuk adalah bantuan umum diberikan dalam keadaan darurat. Sayangnya, produk-produk tersebut seringkali dibagikan tanpa kontrol yang baik dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang seharusnya masih harus disusui. Akibatnya, kasus-kasus penyakit diare di kalangan bayi usia di bawah enam bulan yang menerima bantuan susu formula dua kali lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak menerima bantuan itu," beber Sutopo.

Unicef dan WHO sebagai badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengingatkan bahaya pemberian susu formula di pengungsian. Banyak kasus saat bencana di dunia akibat pemberian susu formula kepada balita dan anak-anak. Di Indonesia, kasus bencana gempa di Bantul Yogyakarta, harus dijadikan pelajaran. Pemberian susu formula saat itu meningkatkan terjadinya diare pada anak di bawah usia dua tahun di mana ternyata 25 persen dari penderita itu meminum susu formula.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, diimbau tidak ada donasi susu formula dan produk bayi lainnya seperti botol, dot, empeng tanpa persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota setempat. Tidak perlu sumbangan susu formula, susu bubuk dan botol bayi dalam kondisi darurat bencana. Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis untuk meneruskan menyusui," ucap Sutopo.
Meski demikian, terdapat pengecualian jika ada bayi yang tidak bisa disusui. Bayi itu harus diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu di bawah pengawasan yang ketat dan kondisi kesehatan bayi tetap dimonitor. Bagi pengungsi yang memiliki anak usia nol sampai enam bulan, terus berikan ASI eksklusif. Bayi usia 6-9 bulan lanjutkan menyusui dan dapat diselingi dengan makanan sehat yang dibuat dengan disaring dan tekstur makanan lumat dan kental.
ADVERTISEMENT
"Bayi usia 9-12 bulan lanjutkan menyusui dan ditambahkan makan dengan bahan makanan sama dengan untuk orang dewasa. Tekstur makanan dicincang / dicacah, dipotong kecil, dan selanjutnya makanan yang diiris-iris. Perhatian respon anak saat makan. Selanjutnya bayi usia 12-24 bulan lanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih dan ditambahkan dengan makanan dengan perlakukan sama seperti bayi usia 9-12 bulan," jelas Sutopo.
Lebih lanjut, Sutopo mengungkapkan kebutuhan mendesak para pengungsi saat ini adalah tenda, selimut, makanan siap saji, beras, MCK portable, air minum, air bersih, tendon air, mie instan, pakaian, terpal alas tidur, alat penerang listrik, layanan kesehatan dan trauma healing. Ia meminta kepada masyarakat tidak memberikan bantuan secara sembarang kepada para pengungsi.
ADVERTISEMENT
"Diimbau masyarakat dan semua pihak untuk memerhatikan jenis bantuan yang diperlukan. Niat baik untuk membantu sesama agar justru tidak menimbulkan masalah baru khususnya bagi bayi dan balita di pengungsian," tutup Sutopo.