Masyarakat Indonesia Masih Minim Konsumsi Buah dan Sayur

14 Desember 2018 6:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi merayu anak makan sayur. (Foto: Nadia K. Putri)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merayu anak makan sayur. (Foto: Nadia K. Putri)
ADVERTISEMENT
Minat masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi buah dan sayur rupanya masih rendah. Hal ini berdampak pada kondisi kesehatan warga yang cenderung rentan terserang penyakit.
ADVERTISEMENT
Ketua Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) Prof. Slamet Susanto mengatakan berdasarkan data Balitbangkes 2016 konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi sereal dan umbi-umbian sebesar 300 ton per tahun. Sedangkan untuk buah dan sayur hanya 100 ton per tahun. Jumlah ini berbeda jauh dibanding Singapura yang konsumis sayur dan buahnya mencapai 300 ton per tahun.
Ia menilai kondisi tersebut berbahaya bagi masyarakat Indonesia. Minimnya konsumsi buah dan sayur bisa membuat masyarakat mudah terserang penyakit seperti stroke, jantung, diabetes, dan lainnya.
"Tentu saja kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat serta penyakit yang ditimbulkan diantaranya: stroke, penyakit jantung, diabetes dan penyakit degeneratif lainnya,” kata Prof. Slamet dalam Seminar Internasional "Horticulture for The Quality of Life", seperti rilis dari Humas IPB yang diterima kumparan Jumat (14/12).
Seminar Horticulture for The Quality of Life di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. (Foto: Dok. Humas IPB BHPH IPB)
zoom-in-whitePerbesar
Seminar Horticulture for The Quality of Life di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. (Foto: Dok. Humas IPB BHPH IPB)
Selain itu, menurut Prof. Slamet, rendahnya konsumsi buah dan sayur juga bisa menurunkan usia harapan hidup masyarakat Indonesia mencapai 70,1 tahun. Angka ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, seperti Malaysia 74,9 tahun, Thailand 74,3 tahun, Singapura 82, 2 tahun dan Jepang, 87,2 tahun.
ADVERTISEMENT
“Ini terjadi karena kita banyak mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, minyak, sedikit mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan, sehingga berdampak kurang baik bagi kesehatan. Produk hortikultura memberikan manfaat untuk kesehatan masyarakat Indonesia,” kata Prof. Slamet.
Sementara, Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) Dr. Awang Maharijaya, menyampaikan pentingnya kesadaran masyarakat akan berbagai manfaat kualitas pangan untuk kehidupan lebih baik. Dr. Awang menjelaskan berbagai peranan hortikultura yang tidak hanya untuk konsumsi.
Seminar Horticulture for The Quality of Life di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. (Foto: Dok. Humas IPB BHPH IPB)
zoom-in-whitePerbesar
Seminar Horticulture for The Quality of Life di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. (Foto: Dok. Humas IPB BHPH IPB)
“Peran hortikultura penting untuk peningkatan income, membuka lapangan pekerjaan, peningkatan GDP nasional. Tidak hanya itu peran hortikultura juga sangat bermanfaat bagi lingkungan yang lebih baik dan mempercantik lingkungan perkotaan,” kata Dr. Awang.
Dalam seminar tersebut juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI), PKHT IPB dengan Japanese Society for Horticultural Science (JSHS) yang ditandatangani oleh Prof. Slamet Susanto, Dr. Awang Maharijaya, President of Japanese Society for Horticultural Science, Prof. Sanesuki Kawabata, dan Prof. Masayoshi Shigyo dari Yamaguchi University, Japan.
ADVERTISEMENT