Megawati Cerita Perjalanan Politiknya dari Wapres Hingga Presiden

10 Januari 2019 14:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, saat berpidato di HUT ke 46 PDIP di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1/2019). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, saat berpidato di HUT ke 46 PDIP di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1/2019). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memotong tumpeng sebagai tanda syukur atas usia PDIP yang telah mengingak 46 tahun. Usai memberikan potongan tumpeng ke sejumlah tokoh nasional seperti mantan Wakil Presidennya, Hamzah Haz dan Wakil Presiden ke-6 RI Tri Sutrisno, Megawati bercerita sedikit tentang masa lalunya bersama kedua tokoh itu.
ADVERTISEMENT
Megawati bercerita, pada pemilu pascareformasi tahun 1999, harusnya ia telah menjadi presiden dengan raihan suara PDIP sebesar 33,74 persen. Namun, karena ada proses politik di DPR, Megawati batal menjadi presiden dan MPR dalam Sidang Umum 1999 memutuskan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden.
“Pak Hamzah Haz, masuk reformasi itu calon (presiden) bisa milih (wapresnya) sendiri. Tetapi waktu saya, mestinya (pemilu) 1999, saya ini kan kalau lihat menang, terus secara de facto sudah harusnya saya jadi presiden. Tapi waktu itu masih di DPR, tapi jadi namanya politik, jadi yang jadi KH Abdurrahaman Wahid,” kata Megawati di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1).
Perayaan HUT ke-46 PDI Perjuangan di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan HUT ke-46 PDI Perjuangan di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Megawati kemudian diminta Gus Dur untuk menjadi wakil presiden. Megawati pun menerima tawaran tersebut. Namun, kata Megawati, sebetulnya tawaran tersebut tidak bisa diterima. Sebab di Kongres PDIP ke-5, Megawati diusung menjadi presiden, bukan wakil presiden.
ADVERTISEMENT
“Beliau (Gus Dur) bilang “Mbak, jadi wapres saya”. Saya jawab “iya”. Tapi sebetulnya saya tidak bisa karena hasil kongres partai adalah presiden,” ungkapnya.
Namun, keputusan Megawati menerima ajakan Gus Dur menjadi wakil presiden tak lain karena peran PKB. Megawati mengungkapkan, Ketua Umum PKB yang saat itu dijabat oleh Matori Abdul Djalil terus merayu agar ia mau mendampingi Gus Dur sebagai wakil presiden.
“Saya juga ingat waktu itu sudah ada PKB. Ketumnya Pak Matori nyuwon-nyuwon “ayo loh mbak”. Akhirnya saya mau. Jadi yang mencalonkan sebagai wapres waktu itu adalah PKB,” tuturnya.
Muhaimin Iskandar (kanan) saat menghadiri perayaan HUT ke-46 PDI Perjuangan di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Muhaimin Iskandar (kanan) saat menghadiri perayaan HUT ke-46 PDI Perjuangan di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/1). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Oleh sebab itu, Megawati mengingatkan kembali kepada Ketua Umum PKB saat ini, Muhaimin Iskandar, untuk tidak lupa sejarah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Jangan lupa loh, Pak Muhaimin. Pak Muhaimin suka lupa, jadi bukan PDIP lagi,” imbuhnya.
Setelah Gus Dur lengser, Megawati kemudian naik menjadi Presiden ke-5 RI. Ketika itu, Megawati harus mencari pendampingnya. Megawati mengaku tidak ikut campur tangan ketika Hamzah Haz dipilih sebagai wapres.
Diketahui, Megawati dilantik sebagai presiden setelah Gus Dur dicabut mandatnya sebagai presiden oleh MPR.
“Nah kan MPR, saya jadi presiden setelah wapres. Berarti harus ada wapres. Saya enggak ikut-ikutan dengan MPR waktu itu memutuskan Pak Hamzah,” terangnya.
“Saya sama Pak Hamzah sampai hari ini bisa guyub, enggak ada persoalan, PDIP sama PPP. Jadi ini sebenarnya tokoh-tokoh yang senior masih bersama-sama,” tutup Megawati.