Melihat Kafe di Solo yang Dibangun oleh Mantan Teroris

19 Mei 2018 17:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Usaha Dapoer Bistik Yusuf  (Foto: Instagram @foodforpeace_)
zoom-in-whitePerbesar
Usaha Dapoer Bistik Yusuf (Foto: Instagram @foodforpeace_)
ADVERTISEMENT
Kafe dua lantai yang berada di Jalan Kebangkitan Nasional, Laweyan, Solo itu tampak seperti restoran pada umumnya. Ramai didatangi pengunjung saat jam makan siang dan akhir pekan.
ADVERTISEMENT
Dapoer Bistik Solo namanya. Restoran dengan menu khas olahan daging sapi ini ternyata punya cerita unik dari pendirinya, Yusuf Adirima alias Machmudi Haryono (42) bersama empat orang rekannya.
Yusuf merupakan mantan narapidana terorisme. Dia pernah bergabung dengan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) dan sempat menjalani pelatihan militer di Kamp Hudaibiyah, Filipina selatan, selama lebih dari dua tahun.
Selama di kamp dia belajar strategi gerilya di hutan dan organisasi tempur. Senjata militer seperti AK-47 dan M-16 merupakan "makanan' sehari-hari Yusuf kala itu.
Setelah pulang dari Filipina, Yusuf terlibat dalam aksi teror bom. Dia ditangkap Densus 88 di sebuah rumah kontrakan di Jalan Taman Sri Rejeki Selatan, Semarang, karena menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua kali lipat dari Bom Bali.
ADVERTISEMENT
Bahan peledak itu adalah titipan dari tersangka Bom JW Marriot 2003, Musthofa alias Abu Tholut yang sudah lebih dulu ditangkap di Bekasi dan divonis 7 tahun penjara.
Setelah keluar dari penjara, Yusuf memilih untuk merintis usaha dibantu oleh rekannya dan Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP), sebuah lembaga penelitian tentang terorime. YPP membantu para mantan teroris untuk kembali berintegrasi dengan masyarakat.
"Saya mencoba untuk bisa hidup secara normal dengan cara berinteraksi dengan banyak orang," kata Yusuf saat berbincang dengan kumparan, Kamis (18/5).
Yusuf (baju batik) bersama teman (Foto: Dok. Yusuf)
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf (baju batik) bersama teman (Foto: Dok. Yusuf)
Kafe rintisan Yusuf juga sering dipakai untuk tempat diskusi oleh para mantan teroris. Selain itu warga sekitar juga sering mengadakan acara kumpul-kumpul atau arisan. Mereka semua juga tahu, kafe ini dibangun oleh mantan teroris.
ADVERTISEMENT
"Semua orang tahu ini resto dari mantan napiter. Mereka tetap enjoy, kumpul RT, mengadakan arisan, karena mereka menganggap ini sebagai salah satu solusi untuk integrasi dengan masyarakat," katanya.
Pengunjung di Dapoer Bistik. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung di Dapoer Bistik. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
Susana di Dapoer Bistik juga dibuat nyaman dengan dekorasi yang berbeda di setiap sudutnya. Pengunjung tinggal memilih tempat duduk mana yang jadi favoritnya.
Desain interior berbeda. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
zoom-in-whitePerbesar
Desain interior berbeda. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
Menu yang disajikan juga beragam bukan hanya olahan daging sapi, ada juga ayam dan bebek. Selain dibuka untuk umum, Dapoer Bistik juga menerima pesanan untuk prasmanan.
Menu bistik iga. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
zoom-in-whitePerbesar
Menu bistik iga. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
Menu andalan di Dapoer Bistik. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
zoom-in-whitePerbesar
Menu andalan di Dapoer Bistik. (Foto: Instagram @foodforpeace_)
Senada dengan Yusuf, pengelola Dapoer Bistik Solo, Tayep juga mengatakan Dapoer Bistik ini merupakan salah satu program YPP untuk bisa membantu para mantan napi teroris.
"Dapoer Bistik ini kan salah satu bagian dari program YPP. Resto itu untuk menjawab orang-orang yang habis dari penjara kan kesulitan ekonomi, nah salah satu intervensinya adalah pakai resto itu," kata Tayep.
ADVERTISEMENT
Jawa Tengah dipilih untuk sasaran program YPP karena menurut Tayep di daerah itu merupakan hot spot radikalisme. Selain itu juga dilihat dari jumlah mantan narapidana terorisme yang cukup banyak.
"Restoran itu juga mengalami dinamika bisni. Orang-orang yang kita libatkan di kafe itu tidak hanya satu kelompok, ada kelompok yang lain. Di solo ini kelompoknya Nurdin M Top," katanya.
Menurut Tayep ada sejumlah kelompok radikal yang mengatakan kafe itu didanai oleh pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Padahal Dapoer Bistik murni usaha dari mantan narapidana teroris dibantu YPP.
"Mereka dapat omongan dari teman-temannya yang radikal bahwa YPP bagian dari program BNPT, padahal kita nggak pernah dikasih uang sama BNPT," jelas Tayep.
Yusuf bersama teman-teman (Foto: Dok. Yusuf)
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf bersama teman-teman (Foto: Dok. Yusuf)
Bukan hanya Dapoer Bistik, YPP lanjut Tayep, menggagas program pinjaman lunak. Mereka yang tidak suka bisnis kuliner bisa mendapat pinjaman modal dan merintis usaha sendiri. Contoh yang sudah adalah misalnya membuka warung kelontong atau tambak udang.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya memberikan modal, para mantan napi teroris juga diberikan pendampingan hingga pelatihan agar bisa mandiri sepenuhnya.
Tayep berharap program yang dijalankan YPP bisa diterapkan pada banyak mantan napiter dan merambah ke berbagai daerah. Menurut program ini jauh lebih efektif untuk deradikalisasi.