Melihat Uniknya Prosesi ‘Turun Mandi’ Suku Anak Dalam

11 April 2019 19:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita Suku Anak Dalam melakukan tradisi turun Mandi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Suku Anak Dalam melakukan tradisi turun Mandi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Rombongan diplomat peserta Sekolah Luar Negeri (Sesdilu) Angkatan ke-63 Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) hari ini berkesempatan melihat langsung prosesi ‘turun mandi’ khas Suku Anak Dalam. Prosesi ini dilakukan oleh masyarakat Suku Anak Dalam yang tinggal di wilayah HGU PT. WKS, di Desa Muara Kilis, Muara Tebo, Jambi.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesi turun mandi Suku Anak Dalam yang unik itu, terlihat anak dibawa oleh beberapa orang perempuan dari tepian menuju sungai sambil melantunkan doa-doa dengan irama khas orang bernyanyi.
Wanita Suku Anak Dalam melakukan tradisi turun Mandi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Perjalanan anak dari sisi jauh sungai ke pinggir sungai bukan sembarang perjalanan. Suku Anak Dalam menyiapkan jalur khusus untuk dilewati rombongan turun mandi, yang di tepi-tepinya dipagari dengan kain.
Sampai di sungai, badan si anak kemudian dimasukkan ke air, sebagai sekadar tanda bahwa tubuhnya sudah menyatu dengan air sungai. Setelah itu, anak kemudian dibawa kembali menjauhi sungai.
Wanita Suku Anak Dalam melantunkan doa ketika melakukan tradisi turun Mandi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dijelaskan Wakil Tumenggung (sama dengan wakil kepala desa) Suku Anak Dalam desa Muara Kilis, Juki, prosesi turun mandi Suku Anak Dalam bermakna suatu proses syukuran untuk si anak. Tujuannya yaitu agar si anak selamat dalam kehidupannya.
ADVERTISEMENT
“Kalau bahasa umumnya itu syukuran. Tadi ada suara seperti nyanyian kan, itu membaca doa,” kata Juki di lokasi turun mandi, Kamis (11/4).
Bayi yang dimandikan diserahkan kepada 'temanggung adat' Suku Anank Dalam. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Anak yang dimandikan adalah anak yang berusia satu sampai tiga bulan. Dengan dilakukannya turun mandi, si anak telah melalui masa peralihan dari yang sebelumnya hanya dipingit kini bisa menyatu dengan alam, melalui mandi di sungai.
Terkait dipasangnya kain pembatas di sepanjang jalur pemandian si anak, Juki berkata, itu juga sarat makna. Kain itu adalah simbol pagar, yang akan melindungi si anak dari penglihatan makhluk-makhluk jahat.
“Kain pembatas, kain yang memagari jalannya anak untuk mandi, itu untuk melindungi agar tidak dilihat oleh dewa-dewa setan,” terangnya.
Salah satu peserta berfoto dengan temanggung adat Suku Anak Dalam. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Prosesi turun mandi berlangsung dalam waktu yang tidak begitu lama, hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Prosesi ini merupakan adat turun-temurun yang sejak dulu telah dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi.
ADVERTISEMENT
Sebagai para diplomat yang lebih banyak menghabiskan waktunya di pusat-pusat perkantoran atau di negara-negara asing.
Salah satu peserta diklat Sesdilu menggendong bayi yang sudah dimandikan melalui tradisi Turun Mandi Suku Anak Dalam. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Melihat prosesi unik kali ini tentu suatu hal yang istimewa. Tampak prosesi turun mandi yang disuguhkan masyarakat Suku Anak Dalam disimak dengan antusias oleh rombongan diplomat muda peserta Diklat Sesdilu Angkatan ke-63.
Kedatangan para diplomat muda ke desa Muara Kilis adalah bagian dari sederetan kegiatan Diklat di Kabupaten Muaro Bungo, Jambi.
Kegiatan ini adalah bentuk kolaborasi Kemenlu RI dengan BNI yang bertajuk “Community Service in Jambi”.
Wanita Suku Anak Dalam melakukan tradisi turun Mandi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan