news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menelusuri Aroma Soeharto di Balik Nama Koalisi Indonesia Adil Makmur

19 September 2018 12:14 WIB
Mantan Presiden RI ke-2, Soeharto, dan Capres RI 2019, Prabowo Subianto (Foto: John Gibson/AFP, ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Presiden RI ke-2, Soeharto, dan Capres RI 2019, Prabowo Subianto (Foto: John Gibson/AFP, ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Koalisi partai pendukung Prabowo-Sandi sudah memiliki nama resmi. Mereka sepakat untuk menamakan diri sebagai Koalisi Indonesia Adil Makmur. Namun, nama tersebut justru diledek oleh Timses Jokowi, mereka menyebut nama koalisi Prabowo-Sandi itu beraroma Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Lantas benarkah nama Koalisi Indonesia Adil dan Makmur bernuansa Orde Baru?
Berdasarkan penelusuran kumparan, frase ‘Indonesia adil dan makmur’ itu memang kerap diucap Presiden Soeharto. Frase itu diucap dalam sejumlah pidato kenegaraan.
Berikut ini merupakan beberapa pernyataan Soeharto mengenai Indonesia adil makmur.
Pada 16 Agustus 1967, Soeharto berpidato di DPR GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong). Ia mengungkapkan arah politik luar negeri Indonesia. Dalam pidatonya itu, dia menekankan bahwa tujuan politik luar negeri adalah menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
“Mencapai masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dalam lingkungan serta suasana persahabatan dan perdamaian Dunia,” kata Soeharto seperti dikutip soeharto.co, sebuah website yang berisi dokumen pidato Soeharto, Kamis (19/9).
Soeharto dengan Wiranto di belakangnya. (Foto: Reuters.)
zoom-in-whitePerbesar
Soeharto dengan Wiranto di belakangnya. (Foto: Reuters.)
Pada 16 Agustus 1978, Soeharto lagi-lagi menyampaikan pesan serupa. Kali ini dia berpidato soal program PELITA (Pembangunan Lima Tahun) . Dia menyebut, program itu bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur.
ADVERTISEMENT
“Kita berada di tengah-tengah perjalanan menuju terwujudnya landasan masyarakat adil dan makmur. Landasan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila itu akan dapat kita wujudkan setelah kita melaksanakan Pelita sebanyak 5-6 kali,” kata Soeharto dalam peringatan HUT RI ke-33 di hadapan anggota DPR.
Sebagai presiden saat itu, Soeharto memang sudah jauh-jauh hari merancang visi misi negara. Dia menyebutnya sebagai trilogi pembangunan, yakni wacana pembangunan nasional yang dijadikan acuan penentuan kebijakan ekonomi, sosial dan politik.
Presiden Soeharto (Foto: Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Soeharto (Foto: Facebook)
Femi Adi Soempeno, penulis buku “Mereka mengkhianati saya: sikap anak-anak emas Soeharto di penghujung Orde Baru” mendokumentasikan sejumlah peristiwa tentang trilogi pembangunan tersebut. Lagi-lagi istilah adil dan makmur mencuat kembali.
“Trilogi pembangunan merupakan tumpuan pembangunan sebagai pengalaman Pancasila, menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” kata Soeharto.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Koalisi partai pendukung Prabowo-Sandi sudah memiliki nama resmi. Mereka sepakat untuk menamakan diri sebagai Koalisi Indonesia Adil Makmur. Nama itu diumumkan usai rapat timses di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (18/9).
Mendengar nama koalisi tersebut, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf justru meledeknya. Mereka menganggap bahwa nama koalisi itu ketinggalan zaman dan beraroma Soeharto dan Orde Baru.
"Koalisi Indonesia Adil dan Makmur, jadul banget. Nama koalisi Prabowo-Sandi, terdengar seperti jaman penataran P4 pada masa Orde Baru," ujar Wakil Sekretaris TKN Jokowi - Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni, saat dihubungi kumparan, Rabu (18/9).
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (Sekjen PSI), Raja Juli Antoni di Menteng, Jakarta (9/8). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (Sekjen PSI), Raja Juli Antoni di Menteng, Jakarta (9/8). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Politisi PAN Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan, justru ada banyak hal dapat diwarisi dari Orde Baru. Oleh sebab itu, frase Adil dan Makmur itu harus dipahami sebagai upaya untuk memperbaiki bangsa ini ke arah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
"Jadi, jika keadilan dan kesejahteraan itu tercapai. Itu dibutuhkan siapa saja. Oleh orang tua, anak muda, oleh milenial, oleh masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan. Semua membutuhkan itu. Keadilan dan kesejahteraan kemakmuran itu,” kata Saleh saat dihubungi, Kamis (19/9).
Lalu bagaimana menurutmu?