Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengapa Oposisi Kamboja Suarakan Protes dari Jakarta?
30 Juli 2018 16:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berbicara di Hotel Le Meridien Jakarta, Senin (30/7), Wakil Presiden Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) Mo Sochua mengatakan mereka terpaksa mengadakan konferensi pers di luar negeri karena diburu di negerinya.
"Kami jika kami berada di Kamboja saat ini, kami akan ditahan. Kami akan dipenjara," kata Sochua.
Sebelumnya akhir tahun lalu, pemimpin CNRP Kem Sokha telah dipenjara atas tuduhan pengkhianatan negara. Mahkamah Agung Kamboja juga membubarkan CNRP atas tuduhan upaya menggulingkan pemerintahan yang sah.
Karena tak ada rival kuat, partai Hun Sen, Partai Rakyat Kamboja (CPP), menang mudah pada pemilu Minggu (29/7), menyapu bersih perolehan kursi parlemen. Menurut negara-negara Barat, langkah Hun Sen ini adalah bentuk kecurangan dan pemilu Kamboja dianggap cacat.
Sochua juga mengatakan Indonesia dipilih sebagai lokasi mereka menyuarakan protes terhadap Hun Sen lantaran hubungan sejarah. Di tahun 80-an, Indonesia terlibat aktif dalam upaya perdamaian di Kamboja, dengan puncaknya Perjanjian Damai Paris pada 1991.
ADVERTISEMENT
"Karena Indonesia pernah memberikan rakyat Kamboja harapan, ketika terjadi genosida. Konferensi Perdamaian Paris yang diketahui oleh Indonesia dan Prancis adalah peristiwa penting yang membuka pintu (perdamaian) dan kewajiban itu masih ada," kata Sochua lagi.
CNRP meminta Indonesia dan negara-negara ASEAN untuk bertindak memprotes tindakan rezim Hun Sen yang kian diktator. Menurut Sochua, ketidakstabilan keamanan di Kamboja akan berpengaruh pada kondisi Asia Tenggara.
"Kalian tidak bisa memiliki diktator dan berpura-pura ada perdamaian di kawasan," kata Sochua.