Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenal Ali Mochtar Ngabalin yang Diangkat Jadi Jubir Pemerintah
23 Mei 2018 8:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Saya jubir pemerintah," kata Ngabalin saat dikonfirmasi kumparan, Selasa (22/5).
Ngabalin mengungkapkan, ia diangkat beberapa waktu lalu sebelum staf khusus lainnya diangkat. Ngabalin diarahkan Jokowi untuk mengklarifikasi banyak hal yang mungkin tidak benar dan berkembang di masyarakat.
"Mengklarifikasi penjelasan yang sebenarnya tentang pencapaian oleh pemerintah, kemudian paling tidak semua fitnah yang dituduhkan kepada Presiden dan pemerintah bisa kita meluruskan, menyampaikan berita yang benar di Istana," tuturnya.
Lalu siapakah Ali Mochtar Ngabalin yang kini menjadi orang dekat Jokowi ini? Ngabalin, begitu ia akrab disapa, lahir di Fakfak, Papua Barat, pada 25 Desember 1968.
Sebagai politisi, ia pernah bergabung dengan Partai Bulan Bintang dan pernah menjadi anggota Komisi I DPR Fraksi PBB periode 2004-2009. Lalu pada 2010, Ngabalin memutuskan keluar dari PBB dan pindah ke Partai Golkar.
ADVERTISEMENT
Menjadi kader Partai Golkar, Ngabalin sempat membuat kontroversi saat Ketua Umum Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie (Ical) mengumpulkan ratusan pengurus DPD I dan DPD II di Hotel Sahid, Jakarta, pada 10 Maret 2015. Ngabalin, kala itu, tiba-tiba dipukul oleh penyusup yang diduga merupakan anak buah dari Yorrys Raweyai.
Insiden pemukulan tersebut dimulai saat seorang pemuda dengan tato di bagian lengan dan dada menyerang Ngabalin. Pukulan itu ditangkis dan Ngabalin balas memukul.
"Dia datang menghampiri saya, tiba-tiba nyerang saya, mau pukul saya. Tapi untung saya tangkis. Setelah itu saya tumbuk mukanya sekali," kata Ngabalin.
Ngabalin sangat yakin orang yang memukulnya merupakan anak buah Yorrys. Ia menduga, pemukulan itu terjadi karena Yorrys tidak terima dengan perdebatan sengit yang terjadi di sebuah stasiun televisi swasta.
ADVERTISEMENT
"Saya bilang sama Yorrys bahwa Munas Ancol itu abal-abal. Munas itu penipu, tidak sah, ilegal. Yorrys sempat marah, dia ngancam saya akan mencari saya di luar," tuturnya.
Kontroversi lainnya adalah ketika ia didapuk sebagai Direktur Politik Tim Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014 lalu. Kala itu, KPU sudah menetapkan pasangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.
Meski demikian, ia menyebut perjuangan Prabowo-Hatta belum selesai. Ia bahkan menyebut akan mendesak Tuhan untuk berpihak kepada paslon capres-cawapres yang kala itu mendapat nomor urut 1. Pernyataannya itu terekam dalam video acara halal bihalal yang diadakan tim Prabowo-Hatta di Rumah Polonia yang diunggah ke Youtube.
"Perjuangan yang kita lakukan tidak berhenti sampai di sini dan kita mendesak Allah SWT berpihak kepada kebenaran, berpihak kepada Prabowo-Hatta," ujar Ngabalin pada 7 Agustus 2014.
ADVERTISEMENT
Kontroversi Ngabalin selanjutnya masih pada saat Pilpres 2014. Saat itu, ia mengakui telah berpidato yang menyatakan mendesak Tuhan membantu Prabowo karena gemas melihat Ketua Umum Partai Gerindra itu terus diserang dan difitnah.
Ngabalin mengaku gemas karena bantuan Tuhan tak kunjung turun.
"Kita gemas, kapan Tuhan turunkan (bantuan ke Prabowo). Kita desak Allah turunkan bala tentaranya tolong Prabowo. Dia lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa, gitu maksudnya, dan itu pernyataan kepada siapapun tidak ada masalah," tuturnya.
Kepindahan Ngabalin dari PBB ke Partai Golkar juga sempat ramai diperbincangkan. Pasalnya, Ngabalin dituduh sebagai kutu loncat karena berpindah partai. Namun, ia menyebut dirinya besar dari keluarga Golkar karena ayahnya, Hasan Basri Ngabalin, merupakan salah satu pendiri Golkar.
ADVERTISEMENT
"Partai Golkar bukan barang baru bagi Ali Mochtar, karena secara biologis saya dibesarkan dalam keluarga Golkar," kata dia pada 20 Oktober 2010.