Mengenal Sosok Rocky Gerung, Filsuf yang Kini Jadi Perbincangan

20 April 2018 17:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat Politik Rocky Gerung  (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat Politik Rocky Gerung (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
ADVERTISEMENT
Beberapa hari belakangan, nama Rocky Gerung terus menjadi perbincangan. Dimulai dari pernyataannya yang menyebut kitab suci adalah fiksi hingga statusnya sebagai dosen UI.
ADVERTISEMENT
Karena ucapannya itu pula, Rocky harus berurusan dengan pihak berwajib. Ia dilaporkan oleh Jack Boyd Lapian mewakili Cyber Indonesia melaporkan Rocky atas pernyataannya yang menyebut kitab suci adalah fiksi ke Polda Metro Jaya. Rocky dianggap melanggar Pasal 28 ayat 2 jo Pasal 45 A ayat 2 UU RI nomor 19 tahun 2016 tentang ITE.
Lahir di Manado, 20 Januari 1959, Rocky menempuh pendidikan di Universitas Indonesia pada 1986. Ia lalu bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya UI. Ia juga aktif menulis di berbagai media massa.
Pada 2007 Rocky mendirikan lembaga SETARA Institute. Lembaga ini berfokus pada isu-isu kesetaraan, HAM, dan keberagaman. Pria berkacamata ini juga menjadi peneliti di Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D).
ADVERTISEMENT
Sebelum mencuat karena pernyataan kontroversialnya, Rocky dikenal sebagai ahli filsafat. Cuitan-cuitannya di media sosial tajam dan kritis. Ia juga sering tampil di acara-acara diskusi yang disiarkan televisi.
Pernyataan-pernyataan kritisnya sering disampaikan saat menjadi narasumber dalam sebuah diskusi. Salah satu ucapannya yang terkenal adalah menyebut pemerintah sebagai pembuat hoaks terbaik. Alasannya, karena pemerintah memiliki persenjataan yang lengkap seperti data, intelijen, dan media. Kritiknya itu ia sampaikan dalam salah satu diskusi di televisi.
Sebagai orang yang menguasai filsafat, kritik yang Rocky sampaikan sering menggunakan bahasa-bahasa yang terbilang rumit untuk orang awam. Pendapatnya pun tak jarang menimbulkan pro dan kontra.
Meskipun begitu, keilmuan Rocky diakui banyak pihak. Salah satunya adalah latar belakang pendidikannya yang hanya sampai S1, namun pernah menjadi pengajar untuk mahasiswa doktoral UI. Hal itu juga diakui oleh Sosiolog UI, Thamrin Amal Tomagola.
ADVERTISEMENT
Menurut Thamrin, secara keilmuan, Rocky sudah layak untuk mengajar di jenjang S3 meskipun hanya berlatar belakang pendidikan S1.
"Secara formal RG memang hanya S1 tapi secara aktual, kemampuan akademisnya memang layak ngajar S3 . Sama dengan drs Arbi Sanit, pengamat politik UI hanya s1 tapi saya minta dia ngajar S2 karena kemampuan akademisnya memang mumpuni," ujar Thamrin seperti dikutip dari akun Twitternya @tamrintomagola, Kamis (12/4).
Belakangan status Rocky sudah tidak lagi menjadi pengajar di UI. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Kantor Hubungan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Rifelly Dewi Astuti
"Beliau pernah jadi dosen tidak tetap, namun sudah beberapa semester tidak di-assign mengajar. Dan saat ini statusnya bukan sebagai dosen UI," kata Rifelly.
ADVERTISEMENT