Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Mengingat Kisah Ponari dan Batu Petir Ajaibnya
30 Mei 2017 11:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Masih ingat kisah Ponari, dukun cilik asal Megaluh, Jombang, Jawa Timur, dengan batu petir ajaibnya yang sempat memicu kehebohan nasional itu?
ADVERTISEMENT
Mengutip dari berbagai sumber, kumparan (kumparan.com) berusaha mengingatkan kembali pembaca tentang Ponari dan kisah batu petirnya yang konon bisa menyembuhkan orang sakit itu.
Peristiwa ini dimulai pada tahun 2009, saat Ponari (saat itu berusia 9 tahun ,-red) menemukan batu tak biasa saat dia keluar dari rumah, saat hujan turun begitu deras.
Batu tersebut, kata Ponari, ditunggui oleh dua makhluk gaib, laki-laki dan perempuan bernama Rono dan Rani. Dua makhluk gaib itulah yang disebut-sebut memberikan pesan khusus kepada Ponari untuk menolong orang sakit melalui batu tersebut.
Batu tersebut sebesar kepalan tangan anak-anak berwarna coklat kemerahan. Batu tersebut sempat disambar kilat yang menggelegar keras sebelum akhirnya gosong dan diambil Ponari.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah mengambil batu tersebut, Ponari merasakan hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Kemudian batu tersebut mengeluarkan sinar warna merah ketika dipegang.
Beberapa hari berselang, kabar kesaktian batu petir Ponari menyeruak. Dari mulut ke mulut berita tentang kesaktian batu petir Ponari menyebar dengan cepat hingga pada ribuan orang tiap hari datang ke rumahnya untuk berobat.
Mereka rela berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan batu petir Ponari. Teknik pengobatan yang dilakukan Ponari adalah mencelupkan batu petir ke dalam air, lalu air diminum oleh orang yang mencari kesembuhan. Mereka begitu percaya bahwa batu petir Ponari betul-betul mujarab untuk mengobati segala macam penyakit.
Bahkan lantaran berdesak-desakan, beberapa pasien meninggal dunia setelah terinjak-injak pasien lain ketika ingin berobat. Entah apa yang ada di benak mereka saat itu.
ADVERTISEMENT
Dari praktik pengobatan yang kaya akan unsur klenik itu, keluarga Ponari menjadi kaya raya. Ponari bahkan sampai mendapatkan uang Rp 1 miliar lebih dari pasien yang datang.
Dengan uang sebanyak itulah, derajat keluarga Ponari meningkat drastis. Yang awalnya Ponari tinggal di rumah gedeg sempit berukuran 4 x 6 meter berlantai tanah, ia mampu membangun rumah permanen. Uang yang ada juga digunakan untuk membeli lahan persawahan seluas dua hektare, sepeda motor, dan perabotan rumah tangga.
Lalu bagaimana Ponari sekarang? Kini praktik pengobatan Ponari memang masih berlangsung.
Ia tetap memberi pengobatan kepada orang yang datang ke rumahnya. Teknik pengobatan yang dilakukan juga sama: air dari batu. Namun saat ini sudah mulai sepi. Tak ada lagi ribuan orang yang rela mengular. Sekarang, pasien yang datang bisa dihitung jari.
ADVERTISEMENT
Ponari juga sempat tidak lulus Sekolah Dasar (SD) karena terlalu sibuk mengobati pasiennya kala itu. Ia juga sempat telat masuk SMP hingga kini usianya yang sudah menginjak 16 tahun dia baru diterima di tingkat tersebut.
Akan tetapi ada yang berbeda saat ini. Pasien yang datang tidak hanya berniat mencari kesembuhan fisik saja, melainkan juga mencari solusi permasalahan hidup sehari-hari. Seperti masalah rumah tangga dan masalah perjodohan.
Simak ulasan khusus kumparan soal fenomena petir secara lengkap di sini:
ADVERTISEMENT