Menhan: Dua, Tiga Tahun Lalu Saya Bilang ISIS Sudah ke Papua

5 September 2019 20:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (kanan) , Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah), dan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara melakukan rapat gabungan tetkait kondisi Papua terkini bersama Komisi I DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (kanan) , Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (tengah), dan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara melakukan rapat gabungan tetkait kondisi Papua terkini bersama Komisi I DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut ada kelompok yang terafiliasi dengan ISIS ikut terlibat dalam kerusuhan di Papua. Kelompok itu bahkan diklaim sudah menyerukan ajakan jihad sejak tiga hari lalu.
ADVERTISEMENT
Keberadaan kelompok ekstrimis di Papua, kata Ryamizard, sudah dia ketahui sejak lama. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu sudah mendeteksi pendukung ISIS di Indonesia bagian timur.
"Dari dua, tiga tahun lalu saya bilang ya, di ISIS itu bukan hanya di Jawa dengan di Poso saja, sudah ke Ambon, ke Papua. Nah ini yang Papua ini di tengah-tengah," kata Ryamizard di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9).
Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari Foto: Dok. DPR RI
Sementara, Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari menilai yang diungkapkan Ryamizard tersebut hanya dugaan berasal dari video beredear. Dugaan itu tak dibahas lebih jauh saat Komisi I menggelar rapat dengan Menhan Ryamizard Ryacudu.
"Begini, tadi itu hanya dugaan. Bisa jadi seperti ada itu juga, menunggangi. Tapi tidak pembahasan lebih jauh lagi karena bisa jadi ada yang menunggangi," ujar Haris.
ADVERTISEMENT
"Dan karena muncul video-video semacam itu bisa jadi itu juga penyesatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," lanjutnya.
Baginya, dugaan yang berasal dari media sosial itu kemungkinan bisa dibuat oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
"Dugaan karena memang beredar di sosial media kan. Itu kan bisa dibuat atau mungkin dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab karena memang juga kenyataannya kita cari siapa yang bertanggung jawab juga tak ada," pungkasnya.