Meta Bukan Lagi Gadis Periang, Kini Hanya Tinggal Berbalut Tulang

9 Februari 2019 16:48 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
Kondisi Meta. Foto: Dok pribadi/Titis Mega Ningtias
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Meta. Foto: Dok pribadi/Titis Mega Ningtias
ADVERTISEMENT
Pertemuan Ratih (bukan nama sebenarnya) dengan Meta untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun tak bersua, membuat Ratih terkejut bukan kepalang. Mahasiswi semester 8 yang sedang menempuh pendidikan psikologi itu mendapati teman kecilnya semasa Taman Kanak-kanak dalam kondisi memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Ratih menemui Meta di kediaman orang tuanya di Kecamatan Jetis, Mojokerto, Jawa Timur. Meta tinggal bersama ayah kandung, ibu tiri serta kedua adiknya. Pertemuan yang seharusnya jadi ajang bernostalgia itu malah berujung memilukan.
Kepada kumparan, Ratih mengaku sempat histeris ketika melihat Meta terbaring lemah tak berdaya di dalam kamar tidurnya yang berdekatan dengan kandang ayam. Kondisi tubuh Meta kurus kering, matanya sayu dan sulit berbicara. Ratih tak kalah tercengang saat melihat beberapa bercak darah kering pada pakaian lusuh yang dikenakan wanita 20 tahun itu.
“Saya teriak waktu itu, Astagfirullah...saya kaget lah lihat dia seperti itu sekarang, bajunya juga sudah tidak layak, ada noda darah seperti bekas menstruasi. Saya lihat dia sudah seperti mayat hidup,” kenang perempuan itu saat dihubungi kumparan, Sabtu (9/2).
Kondisi Meta. Foto: Dok pribadi/Titis Mega Ningtias
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, ia pun mengaku masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Meta sehingga kondisinya bisa membuat siapa pun menjadi miris menyaksikannya.
Sedikit informasi yang berhasil ia korek dari ayah Meta, temannya itu pernah dikurung karena memutuskan berhenti sekolah saat SMP atas kemauannya sendiri.
“Kata ayahnya kerjaannya (Meta) cuma main, enggak mau sekolah, terus sempat dikurung, kurang jelas juga kenapa Meta sekarang bisa seperti ini keadaannya,” ungkap Ratih.
Menurut keterangan yang didapatkan Ratih dari ayah Meta, keluarga sudah kehabisan cara untuk membuat kondisi remaja itu kembali normal seperti sedia kala. Menurut sang ayah, Meta sudah pernah mendapat perawatan dari Rumah Sakit Umum hingga Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan pengobatan tapi hasilnya nihil. Namun menurut Ratih, tak ada yang bermasalah dengan kondisi kejiwaan Meta.
ADVERTISEMENT
“Dia masih bisa mengenali saya padahal sudah lama enggak ketemu, kalau diajak bicara juga masih nyambung. Berarti kondisi kejiwaannya tidak bermasalah,” tutur Mahasiswi Psikologi itu. Sementara itu, melihat kondisi tubuh Meta yang hanya tinggal kulit dan tulang, Ratih mengatakan bahwa temannya sebenarnya tidak memiliki masalah dengan nafsu makan. Hanya saja, Meta merasa kesulitan untuk menggerakkan tangan dan tubuhnya sehingga tak mampu makan sendiri dan harus disuapi.
Kondisi Meta. Foto: Dok pribadi/Titis Mega Ningtias
Dalam ingatan Ratih, Meta adalah gadis periang, sangat bertolak belakang dengan kondisinya saat ini. Dibalut perasaan iba, Ratih tak ingin tinggal diam. Ia tergerak untuk melakukan beragam upaya demi membantu teman kecilnya itu. Salah satunya dengan membentuk kampanye penggalangan dana melalui kitabisa.com bertajuk Bantu Meta Mendapatkan Haknya Kembali. Selain melakukan penggalangan dana secara online, Ratih juga sempat meminta bantuan dari salah seorang dosen di kampusnya. Ia meminta bantuan sang dosen untuk memeriksa kondisi kejiwaan Meta. Namun karena alasan kesibukan, dosen tersebut belum sempat mengunjungi Meta. Sang dosen pun tetap membantu dengan memberi santunan senilai Rp 500 ribu kepada Meta yang dititipkan melalui Ratih. Ratih mengaku uang sumbangan dari dosennya tersebut telah ia berikan kepada Pordan Hariono, ayah Meta agar digunakan untuk membeli kasur yang layak untuk sang putri. Saat terakhir mengunjungi Meta di kediaman orang tuanya, Ratih mengaku sedih melihat temannya yang hanya terbaring di lantai dengan alas seadanya.
ADVERTISEMENT
Kondisi Meta. Foto: Dok pribadi/Titis Mega Ningtias
Tak hanya perkara finansial yang dipikirkan Ratih untuk membantu Meta, ia pun mencoba meminta bantuan dari jalur hukum dengan menemui petugas di polsek dekat kediaman Meta. Dalam waktu dekat, ia bahkan berencana untuk menemui Dinas Sosial. Tak berhenti di situ, Ratih mengaku telah berulang kali menemui keluarga terdekat Meta lainnya, yakni kakak perempuan ayah Meta yang pernah mengasuhnya ketika masih tinggal berdekatan dengan Ratih di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur belasan tahun silam.
Namun belum ada itikad baik dari mereka untuk mengambil alih pengasuhan Meta. Semua upaya ini dilakukan Ratih agar Meta mendapat perawatan dan pengobatan yang layak atas kondisinya saat ini.
ADVERTISEMENT