Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Mighty Writers, Benahi Masa Depan Anak Philadephia dengan Menulis
5 Oktober 2018 6:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Kegiatan menulis tidak hanya soal menuangkan isi pikiran ke atas kertas, tapi ternyata juga demi meningkatkan rasa percaya diri. Berani mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan pada akhirnya membentuk kepribadian positif anak-anak demi mencapai masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Hal ini kiranya visi yang diusung Mighty Writers, sebuah gerakan pendidikan menulis bagi anak di Philadelphia, Amerika Serikat. Sembilan tahun berdiri, Mighty Writer berhasil berhasil meyakinkan anak-anak untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi melalui tulisan. Hasilnya, seluruh lulusan Mighty Writers berhasil masuk universitas.
"Kami berdiri sembilan tahun yang lalu karena masalah literasi di Philadelphia. Jumlah putus sekolah anak-anak mencapai 40 persen. Namun dengan menulis, kepercayaan diri mereka meningkat," kata Tim Whitaker, Direktur Eksekutif Mighty Writer, awal pekan ini, di Philadelphia.
kumparan merupakan salah satu jurnalis yang berkesempatan mengunjungi salah satu tempat pendidikan Mighty Writers di MW South, 1510 Christian Street, Philadelphia. Menurut Whitaker, Mighty Writers kini telah buka di tujuh lokasi di Philadelphia dan New Jersey, di wilayah-wilayah permukiman miskin dan imigran.
ADVERTISEMENT
Lembaga pendidikan mereka telah mendidik 2.500 anak usia 2-17 tahun. Jenjang usia mereka menentukan kelas yang akan mereka ambil dan pelajaran yang ditempuh. Biasanya kelas dilakukan usai sekolah, beberapa hari dalam sepekan. Dengan kegiatan positif usai sekolah ini, anak-anak Philadelphia terhindar dari pergaulan yang buruk dan pengaruh narkoba. Dan yang terpenting, program ini gratis.
Menurut Rachel Loeper, Direktur Pendidikan Mighty Writers, di kelas para siswa akan didorong untuk menulis. Menulis apa saja, dari mulai puisi hingga cerita komik. Untuk jenjang yang lebih tinggi, siswa SMA, mereka diminta untuk menulis esai cita-cita di masa depan.
"Misinya adalah agar mereka bisa berpikir dan menulis dengan jelas. Sebelum menulis ada diskusi, soal kerangka pikiran tulisan mereka, agar masuk akal," kata Loeper.
ADVERTISEMENT
Seorang relawan pengajar, James Owk, mengatakan Mighty Writers menanamkan kemampuan berpikir kritis bagi mereka untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Di Mighty Writers, suara mereka didengarkan dan tulisan mereka dibaca.
"Kami menawarkan ruang dan pemahaman bahwa mereka berharga, suara mereka didengar," ujar James.
Loeper mengatakan tantangan dalam mendidik anak-anak itu bukan pada siswa, tapi para pengajar. Pengajar yang harus mengerti anak-anak demi mendidik mereka, bukan sebaliknya.
"Tantangannya sebenarnya adalah orang dewasa yang tidak mengerti anak-anak. Kami yakin anak-anak punya cerita untuk dituliskan, dan mereka cerdas," ujar Loeper.
Tidak hanya kegiatan menulis, Mighty Writers juga kadang mendatangkan para pakar untuk berbagi cerita profesional mereka. Dalam kunjungan kumparan, Mighty Writers mendatangkan dua jurnalis senior Ben Yagoda, penulis dan bekas wartawan Washington Post, dan Matt Katz, dari radio WNYC.
Salah satu siswa Mighty Writers, Bintou Fofana, 16, mengatakan tulisannya menjadi lebih bagus usai mengikuti kelas tersebut selama tiga tahun. Cita-citanya adalah kuliah di jurusan fisika.
ADVERTISEMENT
"Saya telah melihat perubahan dalam diri saya. Ketika ujian, saya lebih mudah menuliskan gagasan saya," kata Fofana.
Hal yang sama disampaikan oleh siswa lainnya Reginald Brasby III, 14, yang baru dua minggu ikut kelas Mighty Writers.
"Saya ingin punya restoran sendiri. Saya ingin menulis dengan baik untuk bisa kuliah," kata Brasby.
Berkat kiprahnya memajukan masyarakat, Mighty Writers mendapatkan penghargaan Digital Literacy Alliance Awards dari pemerintah kota Philadelphia. Hadiah penghargaan sebesar USD 20 ribu akan digunakan untuk menyertakan anak-anak dalam Checkology, sebuah program pendidikan literasi media di internet.
Live Update