Model asal Singapura Meninggal Dunia setelah Karaoke

31 Desember 2017 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Model asal Singapura, Stella Karen (Foto: Instagram @luvhatestell)
zoom-in-whitePerbesar
Model asal Singapura, Stella Karen (Foto: Instagram @luvhatestell)
ADVERTISEMENT
Karen Stella Wong (28), seorang model dan konsultan marketing perusahaan telekomunikasi di Singapura, meninggal dunia sesaat setelah karaoke bersama teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (12/12), saat itu, Karen pergi ke sebuah tempat hiburan karaoke yang terletak di Neil Road, Singapura.
Semuanya berjalan seperti biasa hingga akhirnya Karen merasakan sakit yang luar biasa ketika sedang bernyanyi.
Mengutip dari China Press, saat Karen bernyanyi dengan nada tinggi, ia mulai merasa mati rasa pada separuh bagian tubuhnya dan mengeluh sakit kepala.
Melihat ada yang tak beres, teman-teman Karen langsung membawanya ke Singapore General Hospital (SGH).
Tak lama setelah menjalani perawatan, Karen mengalami koma dan tiga hari kemudian dinyatakan meninggal dunia, Jumat (15/12).
Mendengar kabar tersebut, keluarga dan teman-temannya mengirimkan doa secara langsung maupun melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Laurence Wong, ayah Karen, mengungkapkan penyebab meninggal putri tunggalnya itu karena pendarahan intraserebral akut atau pendarahan yang terjadi di dalam tengkorak kepala.
Mengutip dari Gilroy Jhon dalam bukunya berjudul Basic Neurology (2000), stroke pendarahan intraserebral atau pendarahan intraserebral primer
adalah suatu sindroma yang ditandai adanya pendarahan spontan ke dalam substansi otak yang dapat menyebabkan kematian.
Pemberitaan palsu
Wong membantah pemberitaan oleh banyaknya surat kabar China yang menyebutkan Karen meninggal karena bernyanyi dengan nada terlalu tinggi.
Mengutip dari Straits Times, Wong yang bekerja sebagai serabutan mengaku tak mengetahui apapun soal riwayat kesehatan putrinya.
"Keluarga saya tidak memiliki riwayat perdarahan intraserebral akut. Sesekali Karen sakit kepala namun terlihat seperti orang normal," kata pria berusia 60 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dokter di SGH mengatakan sering sakit kepala bisa menjadi gejala awal penyakit ganas.
"Dokter SGH mengatakan, sakit kepala seperti itu bisa menjadi gejala. Namun, dokter tak akan menyuruh seseorang dengan sakit kepala biasa untuk dipindai," tambah Wong.
Mendonorkan organ tubuh
Mengutip dari Shin Min Daily, pada Selasa (26/12), keluarga mendonasikan organ dalam Karen yakni ginjal dan hatinya untuk yang lebih membutuhkan.
Mendonorkan organ tubuh setelah meninggal dunia tercantum dalam Undang-Undang Transplantasi Organ Manusia tahun 1987, yang mewajibkan semua warga Singapura yang meninggal di usia 21 tahun atau lebih untuk mendonorkan organ tubuhnya kepada rumah sakit.
Organ tubuh yang bisa didonorkan ialah ginjal, jantung, hati dan kornea. Donor organ tubuh ini dilakukan untuk menolong pasien lain yang membutuhkan transpalasi organ dalam.
ADVERTISEMENT
Mulanya Wong dan istrinya keberatan dengan gagasan tersebut, namun kemudian memutuskan untuk mendonorkan hati dan liver Karen untuk mereka yang membutuhkan.
"Saya mendengar mereka berhasil melakukan transplantasi pada tiga pasien, dan saya merasa ini merupakan berkah yang bisa menyelamatkan tiga orang," kata Wong.
Jasad Karen direkramasi pada Rabu (20/12), kematian Karen jadi pukulan telak untuk ibundanya yang selama hidup keduanya memiliki hubungan yang erat.
"Kekhawatiran utama saya sekarang adalah istri saya, mereka seperti kakak beradik, bagaimana dia bisa melalui semua ini? Saya menitipkannya di rumah keluarga untuk sementara waktu," ujar Wong.
Wong mengenang putrinya, Karen, sebagai sosok gadis yang ceria dan humoris.
"Dia (Karen) tak pernah menyusahkan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Wong juga mengingat saat-saat terakhir sebelum putrinya meninggal dunia.
"Saya baru ingat saat terakhir dia meninggalkan rumah - dia berkata 'ayah saya keluar', dan dia masih bercanda dengan pelayan dan ibu saya," kata Wong.