Moeldoko Akui Pemerintah Sulit Deteksi Modus Teroris Libatkan Keluarga

16 Mei 2018 16:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moeldoko di Pondok Pesantren Darussalam Banyuwangi (Foto: Dok. KSP)
zoom-in-whitePerbesar
Moeldoko di Pondok Pesantren Darussalam Banyuwangi (Foto: Dok. KSP)
ADVERTISEMENT
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkap metode baru dalam menyebarkan doktrin radikalisme. Moeldoko menyebut penyebaran doktrin yang saat ini terjadi sangat sulit dideteksi oleh pemerintah. Sebab, melibatkan keluarga dan dalam lingkup yang kecil.
ADVERTISEMENT
"Ya metode baru seperti contoh dua kejadian di Surabaya, satu keluarga. Kalau itu dimunculkan sel-sel itu dalam satu keluarga. Dia tidak perlu menggunakan alat komunikasi  sehingga sulit untuk dideteksi," kata Moeldoko di kantor Wakil Presiden, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Rabu (16/5).
"Cukup berbisik-bisik di rumah saja. Kita akan merencanakan ini-ini," kata Moeldoko lagi. 
Setelah berhasil menyampaikan doktrin, Moeldoko menyebut para pelaku teror akan langsung melakukan aksi teror. Umumnya, mereka mengincar aparat keamanan seperti polisi yang berjaga.
"Yang kedua itu metode pekerjanya (cara pelaku teror bekerja). Metode bekerjanya, disetop (oleh petugas), langsung meledak (meledakkan diri). Antisipasi melampaui oleh pelaku. Kira-kira seperti itu," tambah Moeldoko.
Rentetan serangan bom di Surabaya dieksekusi oleh keluarga. Ledakan 3 gereja pada Minggu (13/5) contohnya, dilakukan keluarga Dita Oepriarto (46) dan Puji Kuswati (42) yang mengajak keempat anaknya.
ADVERTISEMENT
Di hari yang sama, bom lagi-lagi meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, sekitar pukul 20.45 WIB. Aksi dilakukan oleh Anton Ferdiantono (46) dan istrinya, Puspita Sari (47), beserta anak mereka.
Keesokan harinya pada Senin (14/5) ledakan terjadi di Polrestabes Surabaya. Peledakan dilakukan oleh keluarga Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawati (43), serta ketiga anaknya. Satu anak pelaku teror selamat dan kini sedang menjalani perawatan intensif di RS Bhayangkara Surabaya.