Moeldoko Minta Acara Reuni 212 Dipikir Ulang: Bikin Takut Masyarakat

29 November 2018 13:03 WIB
Kepala KSP Moeldoko di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (31/10/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala KSP Moeldoko di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (31/10/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan acara Reuni 212 yang rencananya digelar di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Minggu (2/2) mendatang seharusnya tak perlu dilakukan.
ADVERTISEMENT
Moeldoko menilai Reuni 212 justru membuat masyarakat jadi takut dengan adanya ajakan untuk mengibarkan bendera bertuliskan kalimat Tauhid. Sehingga, ia berpesan agar tak perlu ada pengibaran bendera berlafal Tauhid dalam acara Reuni 212.
"Ya kita belum lihat ya niatnya. Tapi intinya, janganlah masyarakat menjadi takut. Karena saya sudah mendengar dari berbagai komunitas, takut menghadapi situasi-situasi seperti itu," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (29/11).
Massa aksi reuni 212 di Monas pada 2 Desember 2017 (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Massa aksi reuni 212 di Monas pada 2 Desember 2017 (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Untuk apa melakukan hal-hal yang pada akhirnya justru memunculkan rasa takut. Yang saya lihat seperti itu. (Rencana pengibaran bendera Tauhid) ya di situ, masyarakat kita itu melihat bendera hitam sudah ketakutan," lanjut dia.
Dari situlah Moeldoko berharap agar penyelenggaraan Reuni 212 perlu dipikir ulang. Karena ia melihat acara tersebut tak membawa rasa damai.
ADVERTISEMENT
"Kenapa kita mesti menebarkan rasa takut kepada masyarakat. Kan begitu. Secara psikologis itu yang dihadapi masyarakat. Imbauan saya ya perlu dipikirkan ulang kegiatan-kegiatan yang justru tidak membara rasa damai. Kan begitu," ucap Moeldoko.
Aksi Reuni 212 pada 2 Desember 2017 di Monas (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Reuni 212 pada 2 Desember 2017 di Monas (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Saat ditanya apakah Jokowi akan menghadiri acara Reuni 212, Moeldoko belum mengetahuinya. "Oh, saya belum tahu persis ya. Undangannya mungkin dikirim ke Mensesneg. Saya enggak tahu," tuturnya.
Sebelumnya, sejumlah ulama dan tokoh nasional direncanakan hadir dalam acara tersebut. Ajang kumpul pegiat Aksi Bela Islam disinyalir menjadi kegiatan politis untuk mendukung salah satu calon presiden dalam Pilpres 2019. Namun, hal itu dibantah oleh Penanggung Jawab Reuni Akbar Mujahid 212, Slamet Maarif.
"Reuni ini bukan ajang kampanye praktis makanya jangan campuri dengan atribut partai politik dan sebagainya. Cukup baju putih, topi, bendera dan lain-lain untuk menyemarakkan acara ini. Mari jaga persatuan kedamaian, kebersihan dan tetap semangat," kata Slamet di Gedung DDII di Jakarta Pusat, Rabu (28/11).
ADVERTISEMENT
Selain itu, panitia juga meminta peserta Reuni 212 untuk membawa bendera warna-warni bertuliskan kalimat Tauhid, serta dilarang untuk membawa atribut parpol.