Moeldoko Minta Buzzer Jokowi Tak Emosional dan Tak Menyerang

3 Oktober 2019 17:58 WIB
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (tengah) didampingi Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kiri) dan Keta Dewan Pengarah TKN Jusuf Kalla (kanan) berpidato saat Konser Putih Bersatu di Stadion Utama GBK, Jakarta, Sabtu (13/4). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (tengah) didampingi Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kiri) dan Keta Dewan Pengarah TKN Jusuf Kalla (kanan) berpidato saat Konser Putih Bersatu di Stadion Utama GBK, Jakarta, Sabtu (13/4). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehadiran akun-akun yang punya banyak pengikut dan menjadi pembela Presiden Joko Widodo di media sosial, menjadi sorotan di tengah maraknya protes dan demonstrasi menentang kebijakan Jokowi dalam beberapa RUU.
ADVERTISEMENT
Mereka --yang disebut buzzer itu, bukan saja membela Jokowi habis-habisan, tapi juga menyerang akun atau kelompok lain yang bertentangan. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengakui keberadaan buzzer itu.
Namun mereka bukan akun robot, tapi relawan-relawan atau pendukung Presiden Jokowi di Pilpres. Kepada para buzzer, Moeldoko meminta agar mengganti cara berkomunikasi yang baik.
"Menurut saya yang paling penting perlu ada kesadaran bersamalah kita semuanya menurunkan tensi, kemudian kita tata ulanglah cara berkomunikasi," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/10).
"Perlu mencari diksi-diksi yang lebih. Kan tidak harus menyerang, tidak harus saling menjelekkan, tidak harus saling mengecilkan," lanjutnya.
Moeldoko mengaku pernah bertemu dengan para buzzer dan mengarahkan agar tidak emosional dalam menghadapi para kiritikus Jokowi atau pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Ya waktu saya berkumpul dengan teman-teman, saya juga menyampaikan untuk kita bersifat lebih dewasa, lebih enggak emosional," ujar mantan Panglima TNI itu.
Menurutnya, para buzzer itu bersikap demikian karena buntut tak terhindarkan akibat polarisasi dalam Pilpres 2019. Sehingga butuh kedewasaan masing-masing relawan agar menghentikan ide polarisasi.
"Komunikasi yang sudah terpolar, jadi perlu memang masing-masing menyadarilah bagimana membangun lagi situasi yang enjoy," katanya.
"Kita KSP itu mengimbau 'sudah kita jangan lagi seperti itu'. Beberapa kali saya sudah ngomong kan, janganlah kita politik yang kita kembangkan itu, kalau saya boleh mengatakan politik kasih sayang. Nah, itu lebih bagus," pungkasnya.