MPU: Sepak Bola Wanita Haram di Aceh

5 Juli 2019 18:21 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sepak bola wanita. Foto: Amir Poormand / ISNA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sepak bola wanita. Foto: Amir Poormand / ISNA / AFP
ADVERTISEMENT
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh ikut angkat bicara menanggapi kompetisi sepak bola wanita yang telah berlangsung di Kota Lhokseumawe (30/6) lalu. Wakil Ketua MPU, Teungku H. Faisal Ali, menyebut haram hukumnya cabang olahraga sepak bola dimainkan oleh perempuan khususnya di Aceh.
ADVERTISEMENT
Teungku H. Faisal Ali atau akrab disapa Lem Faisal itu mengatakan permainan sepak bola wanita dianggap tabu dan tidak sesuai dengan kearifan lokal serta syariat islam yang berlaku di Aceh.
“Secara umum untuk suasana di daerah (Aceh) perempuan bermain bola itu haram hukumnya,” kata Lem Faisal, saat dihubungi kumparan, Jumat (5/7).
Lem Faisal berpendapat dengan karakter dan budaya masyarakat Aceh permainan sepak bola yang umumnya diperankan lelaki, tidak elok apabila itu juga dimainkan oleh perempuan.
“Kita tidak siap untuk hal-hal seperti itu, tidak cocok dengan kearifan lokal kita. Makanya kita tidak membuka peluang perempuan bermain bola di Aceh," katanya.
Dikatakan Lem Faisal, hukum haram itu tidak hanya terhadap wanita saja tapi juga berlaku bagi lelaki yang bermain tanpa menutup aurat. Apalagi dimainkan oleh wanita dengan menampilkan tubuhnya dan ditonton oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
“Lelaki saja haram jika mereka bermain auratnya terbuka. Lelaki haram bukan pada permainannya tapi karena terbuka auratnya. Namun kalau untuk perempuan memang tidak boleh bermain haram hukumnya kita di Aceh,” ucapnya.
Namun, Lem Faisal tidak menampik jika sepak bola di daerah lain juga dimainkan oleh perempuan. Sebab, kata dia, tiap daerah memiliki aturan dan budaya masing-masing. Bagi daerah yang menjalankan syariat Islam, sepak bola di Aceh haram diperankan oleh perempuan.
“Mungkin berbeda dengan daerah lain, sepakbola di daerah lain kadang lapangan tertutup, wasit perempuan, hakim garis perempuan, penonton perempuan, dan tidak ada akses keluar. Tapi tidak dengan kita (Aceh), kita belum siap akan itu. Walaupun seandainya fasilitas lengkap, hukum wanita bermain bola tetap haram,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Aceh, Rahmad Raden menanggapi hal sama. Katanya, tidak ada aturan sepakbola wanita di Aceh.
“Kita kan daerah syariat Islam, tidak perlu memaksakan semua cabang olahraga harus ada di Aceh," katanya.
Terkait dengan surat edaran akan aturan itu, kata Rahmad, sejauh ini pemerintah belum mengeluarkan imbauan.
“Ada kearifan lokal di Aceh, sejauh ini belum ada surat edaran,” ungkap Rahmad.