Muhammadiyah: Reuni 212 Harus Netral, Jangan Ada Kepentingan Politik

29 November 2018 9:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Reuni 212 pada 2 Desember 2017 di Monas (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Reuni 212 pada 2 Desember 2017 di Monas (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
ADVERTISEMENT
Reuni 212 akan digelar pada Minggu (2/12) di Monas. Acara yang akan dihadiri oleh sejumlah ulama dan tokoh politik itu dinilai rentan bermuatan politis untuk mendukung salah satu pasang calon presiden.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan, kegiatan politik memang diizinkan, namun jangan mengatasnamakan umat Islam secara luas. Ia juga tidak ingin acara tersebut ditunggangi kepentingan politik paslon tertentu.
"Ya mungkin kalau gerakan politik sah-sah saja silakan. Dalam arti itu kan kepentingan politik kepentingan tertentu. Kalau umpamanya itu atas nama umat Islam yang lebih luas, itu kan juga artinya berhati-hati jangan sampai menjadi tunggangan politik salah satu calon," kata Dadang kepada kumparan, Kamis (29/11).
Menurutnya, acara reuni tersebut harus bisa menjadi tempat ekspresi keagamaan. Ia menginginkan agar acara tersebut diisi dengan zikir dan bebas dari kepentingan politik.
"Ya harus netral sebagai ekspresi keagamaan, berzikir, jadi bukan ada kepentingan politik tertentu," kata Dadang.
ADVERTISEMENT
Dadang memastikan Muhammadiyah tidak ikut serta dalam acara tersebut. Meski begitu, ia mempersilakan bila ada kader Muhammadiyah yang ingin terlilbat dalam acara yang dimulai pukul 03.00 WIB hingga 12.00 WIB itu.
Panitia reuni mengklaim, kemungkinan Reuni Akbar Mujahid 212 akan dihadiri oleh 4 juta umat yang datang dari berbagai daerah.
Kabarnya, reuni ini tak hanya dihadiri oleh umat muslim, tetapi merangkul seluruh kalangan termasuk nonmuslim.