Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Museum Tsunami Aceh Raih Penghargaan Museum Terpopuler di Indonesia
20 Oktober 2018 16:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Museum Tsunami Aceh terpilih sebagai Museum Populer di ajang Indonesia Museum Award 2018. Sejak dibangun 2008 lalu, bangunan karya Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil ini menjadi wisata favorit yang banyak dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Bumi Serambi Mekah.
ADVERTISEMENT
Museum Tsunami Aceh diresmikan lima tahun tahun pasca-tsunami Aceh. Museum ini dibangun sebagai sarana edukasi, pengingat, serta tempat perlindungan jika tsunami datang lagi.
Museum ini menyuguhkan gambaran dan suasana mencekam saat detik-detik gemuruh gelombang air laut menghantam Ibu Kota Provinsi Aceh. Di setiap lantainya terpajang foto-foto keadaan Banda Aceh pasca-tsunami, serta artefak dan puing-puing tsunami.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Rasyidah Dallah mengatakan, dalam ajang Indonesia Museum Award 2018 kali ini, terdapat enam kategori yang diperlombakan, yakni museum cerdas, museum lestari, museum bersahabat, museum unik, museum populer, dan museum kreatif.
Museum Tsunami Aceh terpilih sebagai museum terpopuler dari 400 museum di Indonesia yang masuk dalam kategori.
“Alhamdulilah dari 400 museum itu yang dinilai ke dalam enam kategori Museum Tsunami meraih Museum Populer di Indonesia,” ujar Rasyidah dalam keterangan tertulisnya di Banda Aceh, Sabtu (20/10).
ADVERTISEMENT
Dijelaskannya, penghargaan dari Indonesia Museum Award tersebut diserahkan oleh arkeolog Prof. Dr. Edi Sedyawati yang diterima langsung oleh Rasyidah Dallah, mewakili Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, di Jakarta.
“Dengan prestasi ini menandakan bahwa Museum Tsunami mulai dikenal luas oleh masyarakat Indonesia bahkan Internasional. Oleh karena itu, Museum Tsunami kini terus berbenah ke arah yang lebih baik untuk menjadi pelopor terdepan dalam edukasi dan mitigasi bencana Tsunami untuk dunia,” pungkasnya.
Museum ini memiliki empat lantai dengan luas sekitar 2.500 meter persegi. Arsitektur bangunan berbentuk melengkung ditutupi relief berupa geometris. Jika dilihat dari atas, bangunan ini menyerupai bak kapal.