NasDem Khawatir Oposisi Jadi Duri dalam Daging di Koalisi Jokowi

17 Oktober 2019 20:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politisi NasDem, Irma Suryani Chaniago di D'consulate Resto. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Politisi NasDem, Irma Suryani Chaniago di D'consulate Resto. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago termasuk yang mneolak partai oposisi bergabung ke dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf. Baginya, sistem pemerintahan akan menjadi berbahaya jika partai oposisi memilih untuk bergabung dengan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
"Nanti Pak Jokowi dijerumuskan karena enggak ada yang ngontrol. Itu menjadi kekhawatiran kami. Bukan kami tidak menerima partai B, C, masuk ke dalam pemerintahan," kata Irma di Kantor Parameter Politik Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis (17/10).
Menurutnya, penolakan itu bukan karena jumlah kursi yang akan berkurang melainkan, ketakutan adanya ketidakseimbangan dalam berdemokrasi.
"Kami mendukung tanpa syarat, enggak dikasih satu pun juga enggak apa-apa. Tapi selalu saya sampaikan, saya kok enggak nyaman kalau pemerintah kita enggak ada yang ngontrol. Tidak ada check and balance semua masuk masuk ke pemerintah, ini berbahaya," lanjut Irma.
Selain itu, Irma juga tak ingin oposisi yang bergabung justru menjadi duri dalam daging di tubuh koalisi. Tapi, apabila partai menyatakan sikap bersedia untuk membangun pemerintahan yang konstruktif, partainya akan mempertimbangkan itu.
ADVERTISEMENT
"Jangan kemudian jika parpol mau bergabung ke pemerintah, malah menjadi duri dalam daging. Tapi kemudian kalau dia mau sama-sama membangun di dalam pemerintahan secara konstruktif, melakukan kritisi secara elegan kenapa tidak. Yang kita tolak itu parpol yang sudah masuk tapi gerogoti dari dalam," ucapnya.
Namun, Irma menuturkan partainya tak ingin mencampuri urusan partai yang tengah melakukan manuver politik. Ia juga ingin agar setiap partai konsisten dengan sikapnya.
"Kita tidak ingin mencampuri dapur parpol masing-masing. Tapi kami tetap pada satu keyakinan, bahwa pemerintah yang absolut itu relatif akan otoriter, kemudian menjadi zalim dan sebagainya," ucapnya.
"Sekali lagi ini bukan karena kami resisten ya. Cuma begini, parpol itu kan harusnya memberi diskursus kepada rakyat, kepada konstituennya. Salah satunya mengenai komitemen. Itu penting agar buruk rupa parpol yang dikatakan oleh masyarakat itu bisa tereliminasi. Jadi rakyat bisa percaya ke parpol," tutup Irma.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Gerindra merupakan partai oposisi yang memberikan sinyal kuat akan bergabung ke koalisi pemerintahan menjelang pelantikan Jokowi-Ma'ruf Amin pada 20 Oktober mendatang. Apalagi, Ketum Gerindra Prabowo Subianto telah bertemu dengan Jokowi dan sowan ke ketum parpol koalisi.