Ngabalin ingatkan Demokrat: Politik Jangan Pakai Perasaan

28 Juli 2018 10:26 WIB
Ali Muohtar Ngabalin - Sekjen Pemenangan Pemilu (Foto: Mohammad Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Muohtar Ngabalin - Sekjen Pemenangan Pemilu (Foto: Mohammad Fajri/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perseteruan PDIP dengan Partai Demokrat berbuntut panjang, setelah keduanya gagal berkoalisi untuk Pilpres 2019. Saling serang pernyataan soal AHY, Megawati, hingga PDIP mengungkit tragedi lama yang menimpa partainya pada 27 Juli 1996, menambah panas suasana.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menjelaskan, dalam berpolitik seharusnya memiliki kesantunan. Kepentingan pribadi serta perasaan harus ditanggalkan.
Ketum PDIP, Megawati berikan arahan ke kader. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PDIP, Megawati berikan arahan ke kader. (Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
"Harus ditanggalkan semua kepentingan-kepentingan pribadi, kepentingan-kepentingan perasaan, tapi yang harus ke depan itu adalah politik orang bernegara ke depan," kata Ngabalin kepada kumparan, Sabtu (28/7).
"Karena masa kepemimpinan Bapak Joko Widodo itu ini adalah cikal bakal awal dari menata Republik Indonesia yang lebih baik ke depan. Karena itu sedapat mungkin memang kita harus menghentikan seluruh apa istilahnya, hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat dan faedah untuk kepentingan politik berbangsa dan bernegara," lanjut dia.
Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: Ulfa Rahayu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Susilo Bambang Yudhoyono (Foto: Ulfa Rahayu/kumparan)
Jadi politik, dijelaskan Ngabalin, memang ada intrik dan rasa tetapi yang harus dikedepankan adalah politik bagi bangsa dan negara. Selain itu, Ngabalin menyampaikan, Jokowi sempat menjelaskan kepadanya sejak dulu memang banyak tokoh yang saling berbeda pandangan politiknya seperti Sukarno dan Mohammad Hatta.
ADVERTISEMENT
Namun mereka masih bisa duduk bersama dan menanggalkan kepentingan masing-masing. Untuk itu, Jokowi, Ngabalin meminta para tokoh saat ini mencontoh founding fathers.
"Orang-orang dahulu mereka memang berbeda dalam pandangan politik, dalam ideologi, dalam beberapa pandangan-pandangan politik. Tetapi ketika bicara tentang kepentingan bangsa dan negara, bicara tentang kepentingan Indonesia, mereka bisa duduk bersatu," ucap Ngabalin.
"Menanggalkan kepentingan-kepentingan pribadi dan kepentingan-kepentingan kelompok. Kata presiden, kita harus mencontohi itu, dan Presiden Joko Widodo menyadari bahwa di periode kepemimpinan inilah wajah Indonesia itu akan ditunjukan," bebernya.
Ngabalin menjelaskan nanti rakyat akan bisa menilai 10 sampai 20 tahun akan datang. Bahwa pada masa pemerintahan Joko Widodo etika politik itu dikembangkan.
"Dikembangkan dengan baik, dan pendidikan politik akan dicerahkan. Saya menganggap itu semua benar. Makanya saya enggak tanggapi apa-apa," tutur Ngabalin.
ADVERTISEMENT