Ngabalin Jawab Fadli dan Fahri soal Komisaris AP I: Manusia Sirik

20 Juli 2018 19:48 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngabalin Jadi Komisaris AP I (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ngabalin Jadi Komisaris AP I (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin, menanggapi kritik yang mengalir kepadanya soal jabatan Komisaris Angkasa Pura I. Sejumlah pihak menilai, jabatan baru Ngabalin tersebut sebagai hadiah karena telah berjasa sebagai timses Presiden Joko Widodo jelang Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
Ngabalin mengatakan, tudingan tersebut datang dari orang-orang yang sirik atas kerja kerasnya membantu Jokowi. Menurut dia, kritikan yang datang dari berbagai pihak itu seperti pernyataan yang patut ditertawai oleh anak sekolah dasar (SD).
“Itu istilah yang datang dari manusia-manusia yang sirik. Manusia-manusia yang intelektual knowledge-nya terganggu. Kalau pernyataan itu datang dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra dan Wakil Ketua DPR, sayang kalau seorang pimpinan parlemen membuat pernyataan yang ditertawai oleh anak SD,” kata Ngabalin di Hotel Redtop, Pecenongan, Jakarta Pusat, Jumat (20/7).
Ngabalin mengaku, jabatan yang ia dapat sebagai Komisaris AP I tak didapat dengan cuma-cuma. Untuk mendapat jabatan itu, ia turut ikut menjalani proses seleksi. Termasuk harta kekayaan Ngabalin yang ada di rekening banknya.
ADVERTISEMENT
Ali Mochtar Ngabalin jadi komisaris Angkasa Pura 1 dok AP 1 (Foto: Indra Subagja/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ali Mochtar Ngabalin jadi komisaris Angkasa Pura 1 dok AP 1 (Foto: Indra Subagja/kumparan)
“Orang menjadi komisaris dari sebuah perusahaan tipe A itu bukan serta merta. Saya itu ditanya, diseleksi, diperiksa. Posisi, jabatan, kemampuan bahasa sampai lima tahun jadi parlemen, sekolah, latar belakang keluarga. Rekening saya diperiksa. Jadi bukan serta merta,” ujar politikus Golkar itu.
Oleh karena itu, kata Ngabalin, sangat tidak tepat apabila orang-orang menyebut jika jabatan Komisaris AP-I itu ia dapat atas bagi-bagi jabatan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.
“Makanya saya bilang orang yang bilang bagi-bagi jabatan itu memang intelektual knowledge-nya pertama lemah, kedua moralnya terganggu. Bangsa ini tidak boleh mengajari publik dengan pernyataan yang sesat dan menyesatkan,” tutup Ngabalin.