Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Nikki Haley, Si Penyambung Lidah Trump dan Pembela Israel di PBB
22 Desember 2017 14:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Nikki Haley, menjadi salah satu nama yang disorot setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan negaranya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
ADVERTISEMENT
Perempuan tersebut adalah garda terdepan dalam membela AS dan sekutu dekatnya Israel di hadapan para pemimpin dunia di panggung PBB.
Aksi Haley dimulai kala memveto keputusan rekomendasi mengenai Yerusalem yang dibahas di rapat khusus Dewan Keamanan (DK) PBB. Sontak, rekomendasi tersebut dibatalkan. Baru-baru ini, Haley kembali beraksi. Sebelum rapat darurat mengenai Yerusalem di Sidang Majelis Umum PBB dilakukan, Haley melakukan lobi-lobi sembari mengeluarkan ancaman keras bagi para pendukung Palestina.
"Presiden (Trump) akan mengawasi pemungutan suara secara seksama dan saya meminta laporan mengenai negara mana saja yang menentang kami. Kami akan mencatat negara-negara itu," ucap Haley seperti dikutip dari Associated Press.
Lobi tersebut tidak sepenuhnya berhasil. Sebanyak 128 negara dunia memilih mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menolak pengakuan Trump terhadap status Yerusalem ibu kota Israel.
ADVERTISEMENT
Haley kembali beraksi, sedikit menyindir, melalui instragramnya dia menyampaikan terima kasih sekaligus menampilkan beberapa negara yang mendukung dan abstain dalam pemungutan suara.
"Kami menghargai negara-negara ini yang enggan ikut serta dalam cara PBB yang tidak bertanggung jawab."
Sekian banyak aksi yang dilakukan Haley, menimbulkan pertanyaan besar, siapa sebenarnya perempuan tersebut?
Nikki Haley bukan nama asli, dia terlahir dengan nama Nimrata Randhawa di South Carolina 20 Januari 1972. Dia merupakan putri dari orang tua beretnis Sikh asal India. Sejak kecil, keluarganya selalu memanggilnya Nikki.
Perempuan ini tumbuh di lingkungan akademisi. Ayahnya, Ajit Singh, adalah profesor dari Universitas Agrikultur Punjab dan sang ibu, Raj Kaur Randhawa, merupakan master hukum dari Universitas Delhi.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Clemson dan meraih gelar Sarjana Akuntansi, pada 2004 Haley mencalonkan diri dalam pemilihan parlemen daerah South California. Haley pun sukses mendapatkan kursi dewan.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, pada 2010 Haley membulatkan niat maju dalam pemilihan Gubernu. Hasilnya dia berhasil menjadi warga keturunan India-Amerika pertama yang jadi gubernur South Carolina.
Sejak menjabat Gubernur, Haley memperlihatkan diri sebagai pendukung Israel. Dia juga lah yang mengesahkan peraturan gubernur untuk menghentikan boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel.
Cawapres Potensial Partai Republik
Haley dan Partai Republik adalah dua hal yang sama sekali tidak terpisahkan.
Hampir semua arah kebijakan partai konservatif itu diaplikasikannya semasa dia menjabat Gubernur. Pada 2012, kandidat capres Partai Republik Mitt Romney mencoba membujuk Haley jadi pasangannya untuk menantang Presiden Barack obama. Dengan halus, Haley menolak ajakan Romney.
"Saya ucapkan terima kasih, tapi saya tidak bisa. Saya sudah berjanji pada masyarakat di negara bagian ini. Dan, saya punya keinginan memegang janji itu," kata Haley kala itu,
ADVERTISEMENT
Empat tahun berselang, kala Trump mendapat tiket dari Partai Republik untuk maju jadi Presiden, nama Haley kembali disebut. Media ternama The Economist menyebut Haley seorang politikus yang punya popularitas tinggi. Namun, Haley kembali menolak ajakan melantai di bursa pemilihan presiden 2016. Dia menyebut tidak tertarik untuk jadi wakil presiden AS.
Kisah Haley dan Trump tak berhenti sampai di titik itu. Walau, mereka sempat berbeda pendapat soal pemotongan pajak, nyatanya sang miliarder nyentrik sunguh terpesona dengan perempuan itu.
Haley dicalonkan Trump menduduki posisi sangat penting, Menteri Luar Negeri. Permintaan Trump kembali ditolak.
Sang Presiden tidak kehilangan akal, Trump mengajukan nama Haley ke Senat AS untuk menjabat Duta Besar AS untuk PBB di New York. Setelah berulang kali menolak, Haley akhirnya setuju dengan pencalonan itu.
ADVERTISEMENT
Dalam pemungutan suara di Senat, 96 anggota mendukung hanya 4 orang yang menolak. Haley pun mundur dari jabatan Gubernur dan menjalankan peran barunya sebagai Dubes AS untuk PBB.
Simbol Perbedaan dan Korban 'Kebohongan'
Haley menikahi mantan anggota militer AS, Michael Haley. Setelah menikahi Michael, Haley memilih pindah agama ke Kristen mengikuti sang suami. Haley pun menjadi jemaat gereja methodist.
Saat pasangan ini menikah, mereka memakai dua tata cara. Pertama pemberkatan gereja lalu diikuti upacara pernikahan tradisional khas Sikh India. Pernikahan memakai dua cara itu, menurut Pengamat Politik Universitas South California, Todd Shaw membuat Haley menjadi simbol keberagaman di Partai Republik.
"Dia memberi gambaran soal keberagaman ke dalam kepemimpinan Partai Republik yang tak ada dalam platform dan ideologi Partai," jelas Shaw.
ADVERTISEMENT