Nyak Sandang, Penyumbang Pesawat Pertama RI yang Tak Pernah Terbang

7 Maret 2018 10:50 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nyak Sandang. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Nyak Sandang menjadi bagian saksi hidup yang masih menyimpan cerita dan kenangan saat dirinya ikut menyumbang uang untuk pembelian pesawat pertama Indonesia, Seulawah R-001 dan R-002. Pesawat ini merupakan cikal bakal maskapai Garuda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pria 91 tahun ini merupakan warga Gampong Lhuet, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya. Ia merupakan salah satu dari sekian banyak masyarakat Aceh yang ikut menyumbangkan uang untuk pembelian pesawat di tahun 1948.
Kala itu Nyak Sandang berusia 23 tahun. Bersama orang tuanya ikut menyumbang uang sebanyak Rp 100 hasil penjualan tanah demi membantu perjuangan negeri.
Nyak Sandang memegang surat obligasi. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Nyak Sandang memegang surat obligasi. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Nyak Sandang yang akrab disapa Ayah oleh masyarakat sekitar, bahkan masih menyimpan rapi bukti dokumen berupa obligasi atau surat pernyataan utang dari pemerintah Indonesia yang dikeluarkan tahun 1950. Sumbangan modal pembelian pesawat itu akan dikembalikan beserta dengan pemberian hadiah dalam kurun waktu 40 tahun.
Kendati demikian, hingga 72 tahun Indonesia merdeka, Nyak Sandang belum pernah menerima pembayaran utang negara serta bantuan lainnya. Tidak hanya itu, saat ditanyai apakah Nyak Sandang pernah naik pesawat, ia dengan tersenyum menjawab belum pernah sama sekali.
ADVERTISEMENT
“Naik pesawat belum pernah,” kata dia kepada kumparan (kumparan.com) yang mendatangi rumahnya, Selasa (6/3).
Meski telah menyumbang sejumlah harta kekayaannya pada masa itu, Nyak Sandang mengaku tak terpintas sedikitpun mengharapkan balasan. Ia bersama seluruh masyarakat Lamno memberikan bantuan dengan ikhlas dan bangga.
“Tidak mengharapkan jika suatu hari Indonesia akan membayar. Kami tidak mengharapkan balasan karena membantu dengan ikhlas dan memiliki kebanggan tersendiri bisa ikut membantu negeri,” ujarnya.
Di usianya yang telah senja, Nyak Sandang mengaku tak berkeinginan untuk merasakan naik pesawat. Hal itu disebabkan faktor kondisi dan usianya yang tak sanggup lagi. Namun jika ia diberikan kesempatan untuk naik pesawat, ia meminta dibawa ke Tanah Suci.
ADVERTISEMENT
“Kalau naik pesawat dibawa haji mau, walaupun saya harus menghembuskan nafas terakhir di sana, Ini merupakan salah satu cita-cita saya,” ucap Nyak Sandang.