Ogoh-ogoh Bima Baksa yang Bisa Bergerak Atas Perintah Suara Manusia

4 Maret 2019 7:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ogoh-ogoh. Foto: Denita Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ogoh-ogoh. Foto: Denita Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Bima Baksa si pemberani jadi inspirasi bagi kaum generasi muda di Bali. Tokoh pewayangan itu dijadikan salah satu mode ogoh-ogoh dalam menyambut nyepi. Uniknya ogoh-ogoh ini bisa bergerak karena dipasang sensor suara.
ADVERTISEMENT
Dentuman musik gamelan memekakkan telinga dari sebuah Banjar Jematang, Desa Dauh Puri Kaluh, Jalan Nusakambangan, Denpasar, Bali, Sabtu (2/3) malam itu. Rupanya, pemuda Banjar Jematang tengah berlatih menyambut upacara pengerupukan yang jatuh pada Kamis (6/3) mendatang.
Upacara pengerupukan ini merupakan salah satu rangkaian upacara umat Hindu dalam menyambut Nyepi di Bali. Umat Hindu akan pawai mengelilingi desa membawa sejumlah ogoh-ogoh berupa buto alias raksasa jahat. Nantinya, ogoh-ogoh ini dibakar sebagai tanda menghancurkan energi negatif pada alam.
Pemuda Banjar Jematang tengah berlatih menyambut upacara pengerupukan. Foto: Denita Matondang/kumparan
Sekitar 20 orang anak muda itu dengan semangat berapi-api memukul sejumlah alat musik gamelan. Mulai dari ceng-ceng, reong, kendang, kajar, ging, kempur, gong dan alat musik lainnya tampak menghasilkan nada berirama.
Barulah, setelah itu, Ketua Panita Ogoh-ogoh Banjar Jematang, AA ngurah Tresna Adyana, bercerita tentang Bima Baksa yang bisa bergerak atas perintah suara manusia.
ADVERTISEMENT
"Kami tertarik mengangkat tokoh Bima Baksa karena kesetiaannya kepada gurunya. Apapun yang dikatakan (perintah) tetap menjalankan tugas dari gurunya," kata Ngurah.
Cuma butuh waktu kurang lebih sebulan dengan biaya sekitar Rp 36 juta, Ngurah dan sejumlah rekannya memuat ogoh-ogoh dengan berat 300 kilogram dan tinggi 4,5 meter. Adapun ogoh-ogoh itu terdiri dari Bima Baksa ditambah sosok Rsi Drona yang merupakan guru Bima, serta dua raksasa Rukmuka dan Rukmalaka.
Pawai Ogoh-Ogoh Menjelang Hari Raya Nyepi Foto: Shutter Stock
Asal tahu saja, Bima diintruksikan oleh Rsi Drona mencari tirta di Gunung Candramuka. Ini dilakukan agar Bima tak ikut perang Baratayuda melawan Kurawa. Namun, Bima tak menemukan tirta malah bertemu dua raksasa Rukmuka dan Rukmalala. Bima pun mengadu domba keduanya agar saling membunuh.
ADVERTISEMENT
Uniknya, Ngurah bersama rekannya berhasil mengambarkan cerita itu lewat ogoh-ogoh itu. Rsi Drona duduk disebuah bunga teratai yang berada pada posisi paling atas. Di bawah Rsi Drona, Bima yang gagah perkasa berada di antara Rukmuka dan Rukmalaka yang tampak seram saling beradu.
Di tambah dengan sensor suara ogoh-ogoh ini dapat bergerak. Penonton yang mengetahui cerita pewayangan itu, pasti dibawa terhanyut dalam cerita. Apalagi, ada dentuman gamelan yang memekakkan telinga.
"Hidupkan Bima, Hidupkan Rsi Drona, Hidupkan Rukmuka, Hidupkan Rukmala, " perintah Ngurah melalui telepon selulernya.
Ogoh-ogoh Bima Baksa karya pemuda Banjar Jematang, Desa Dauh Puri Kaluh, Jalan Nusakambangan, Denpasar, Bali Foto: Denita Matondang/kumparan.
Ogoh-ogoh yang telah tersambung dengan bluetooth itu pun bergerak. Kepala Bima, Rsi Drona, raksana akan bergerak bergantian. Lalu, keempat tokoh itupun berputar-putar 360 dejarat.
Hebatnya, para pemuda di Banjar Jematang ini belajar secara otodidak untuk mengaplikasikan sensor suara. Bahkan, ogoh-ogoh itu juga dibentuk dari bahan ramah lingkungan. Di antaranya, kertas, koran, bambu, pasir dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Tim kami belajar otodidak dari Youtube. Setelah didesain rekan yang juga paham arsitektur. Anak-anak yang masih kecil ikut membantu menempelkan koran dan kertas pada kerangka," ujar Ngurah.
Pawai Ogoh-ogoh di Bali. Foto: Antara/Fikri Yusuf
Anak-anak kecil ikut membantu, juga latihan gamelan dari pukul 19.00 hingga 22.00 WITA. Namun, semuanya terbayar karena Ogoh-ogoh Banjar Jematang mendapatkan nilai tertinggi, yakni skor 87 untuk wilayah Denpasar Barat.
"Puji Syukur ke Tuhan yang memberi anugerah, terima kasih ke teman-teman yang juga sudah membantu. Ini secara tidak langsung, dari orang tua maupun teman-teman Teruna Bangga, " kata Ngurah dengan senyum semringah.
Masih tetap bersemangat, Ngurah bersama para bocah menyempatkan diri menutup malam minggu kala itu dengan latihan gamelan.