news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pangeran Bunuh Diri hingga Bangun Gereja, Hoax yang Menimpa Arab Saudi

7 Mei 2018 12:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kota Mekkah, Arab Saudi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Mekkah, Arab Saudi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Arab Saudi seakan menjadi target empuk pemberitaan palsu. Beberapa kali berita palsu muncul soal kerajaan Saudi. Walau sumber dan informasinya dipertanyakan, namun pemberitaan ini langsung dilahap media-media di seluruh dunia termasuk juga di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Seperti yang terbaru di akhir pekan, dilaporkan pemerintah Raja Salman dan Takhta Suci Vatikan akan membangun gereja pertama di Arab Saudi. Berita ini "seksi", pasalnya Saudi adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang tidak memiliki gereja yang resmi berdiri. Tidak butuh waktu lama hingga berita tersebut menyebar.
Disebutkan, Saudi menandatangani perjanjian dengan Vatikan untuk membangun gereja. Kesepakatan ini diperoleh pada kunjungan Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Vatikan, Jean-Louis Tauran, ke Saudi pada April lalu.
Beberapa media arus utama memberitakannya, salah satunya adalah Daily Mail asal Inggris dan Al-Jazeera dari Qatar. Kedua media ini jadi rujukan media di Indonesia, jadilah berita itu terpampang di beberapa media Tanah Air.
Belakangan, pihak Vatikan membantah pemberitaan itu. Mereka mengatakan, berita kerja sama pembangunan gereja di Saudi "palsu". Memang ada rencana kerja sama Vatikan-Saudi sebagai bentuk hubungan baik kedua negara, salah satunya yang terkonfirmasi adalah rencana forum antaragama, tapi pembangunan gereja bukan salah satunya.
ADVERTISEMENT
Daily Mail langsung mengubah isi pemberitaan beserta judulnya menjadi bantahan Vatikan.
kumparan menelusuri sumber utama pemberitaan tersebut, yaitu media Mesir Egypt Independent. Di situs ini, berita tersebut telah dihapus. Namun pengunjung masih bisa membacanya melalui web cache Google.
Bukan yang Pertama
Ini bukan kali pertama berita palsu mendera Saudi. Sebelumnya pada Maret lalu, muncul berita pangeran Saudi, Bandar bin Khalid bin Abdul Aziz Saoud, bunuh diri di bandara London, Inggris, ketika hendak dideportasi. Berita itu pertama kali disiarkan oleh situs media Iran.
Dalam pemberitaannya, dipampang juga aksi bunuh diri seseorang yang melompat di bandara yang disebut adalah Pangeran Bandar. Sontak saja laporan ini ramai diberitakan.
Setelah ditelusuri, lagi-lagi berita ini hoax. Pangeran Bandar memang dikabarkan meninggal dunia dalam pernyataan resmi Kerajaan Saudi, tapi bukan karena bunuh diri melainkan sebab yang alamiah, dan bukan di London tapi di Makkah.
Bandara Heathrow , London (Foto: heathrow.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bandara Heathrow , London (Foto: heathrow.com)
Video yang tersebar memang kejadian bunuh diri, tapi bukan Pangeran Bandar. Dalam penelusuran Google, diketahui peristiwa itu terjadi di bandara Atlanta, Amerika Serikat, pada Februari silam.
ADVERTISEMENT
Pada peristiwa itu, seorang pria muda berkulit hitam, berambut gimbal, dan diduga mabuk --bandingkan dengan Pangeran Bandar, seorang Arab yang berusia tua-- melompat dari balkon bandara setelah cekcok dengan aparat. Berita itu bisa dilihat di situs IB Times.
Perkara maraknya berita palsu juga jadi perhatian oleh media pemerintah Arab Saudi, Al Arabiya. Pada November tahun lalu, Al Arabiya mencatat sedikitnya ada sembilan berita palsu soal Kerajaan Saudi, mulai dari soal pelarian Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri, ribuan nomor rekening Saudi dibekukan, bursa saham Saudi anjlok, hingga perebutan kekuasaan.
Membuat Gaduh
Menurut pengamat Timur Tengah, Harits Abu Ulya, berita hoax adalah propaganda dari entitas tertentu demi kepentingan politik di dunia maya. Dalam kasus ini, propaganda dilakukan unit-unit dan jejaring intelijen dari negara yang kontra Saudi.
ADVERTISEMENT
"Saudi menjadi negara yang ditarget perang di dunia maya karena beberapa faktor logis, yakni atas keterlibatannya pada perang di Yaman yang notabene berhadapan dengan kelompok Syiah, atau pada konflik Suriah, yang bersebrangan dengan Iran yang pro rezim Bashar al-Assad," kata Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst) ini kepada kumparan, Senin (7/5).
Tujuan dari penyebaran hoax ini, kata dia, adalah "propaganda untuk membuat gaduh atau distabilitas politik dunia Islam pada umumnya serta di wilayah Saudi dan sekitarnya."
"Dengan begitu entitas yang kontra Saudi bisa meraup keuntungan politis dan strategis yang sudah diplot. Karena perang propaganda hanya menjadi satu variabel dari sebuah pertarungan kepentingan," lanjut Harits lagi.