Para Kiai Akan Musyawarah Bila Jokowi Tak Pilih Cak Imin Jadi Cawapres

5 Agustus 2018 2:51 WIB
Muhaimin Iskandar di acara Parlemen Santri (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
zoom-in-whitePerbesar
Muhaimin Iskandar di acara Parlemen Santri (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para kiai dari berbagai daerah berharap agar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Namun apabila Cak Imin--sapaan akrab Muhaimin Iskandar--tidak dipilih Jokowi, maka para kiai akan musyawarah lagi untuk menentukan langkah.
ADVERTISEMENT
“Jadi dalam waktu secepatnya saya akan melaporkan kembali kepada kiai. Dan kiai juga akan secepatnya untuk segera (menggelar) musyawarah, untuk menentukan seperti apa langkah berikutnya,” kata Anwar Iskandar yang menjadi perwakilan para kiai di Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu, (4/8).
Anwar menegaskan dengan langkah para kiai mendukung Cak Imin sebagai cawapres tidak menyalahi peraturan, khususnya di NU. Sebab menurutnya dukungan tersebut adalah hak setiap warga negara.
“Jadi ini bukan lembaga bukan organisasi. Tapi orang-orang yang kebetulan menjadi warga NU dan orang-orang ini memiliki hak politiknya yang dilindungi oleh Undang-undang,” ujar Anwar.
Para kiai temui Said Aqil di PBNU. (Foto: Moh. Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para kiai temui Said Aqil di PBNU. (Foto: Moh. Fajri/kumparan)
Meski begitu, Anwar menjelaskan saat ini yang tidak kalah penting selain mendukung Cak Imin menjadi cawapres Jokowi adalah menjaga keutuhan negara Indonesia. Sehingga Anwar meminta agar semua pihak ikut menjaga bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Dan jelas narasinya adalah Indonesia mesti dijaga bersama antara kekuatan nasionalis dan religius. Dan kita-kita ini adalah kekuatan religius yang menyangga bersama terhadap keutuhan Negara Republik Indonesia bersama kaum nasionalis,” ujar Anwar.
Lebih lanjut Anwar tak menampik saat ini keutuhan Indonesia terancam. Anwar menegaskan para kiai tidak akan tinggal diam dan ikut menjaga keselamatan bangsa Indonesia.
“Saya kira semua orang bisa membaca bahwa ada (yang) mengancam eksistensi negara Republik Indonesia, ada ancaman terhadap Indonesia baik dari kekuatan radikal atas nama agama maupun liberalisme,” tutupnya.